Harga Kedelai Naik, Kementan Harus Benahi Pertanian Kedelai
Kualitas dan harga kedelai lokal diharapkan mendekati harga dan kualitas impor
REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Naiknya harga kedelai akhir-akhir ini sangat memberatkan para perajin tahu dan tempe. Kondisi ini disikapi sejumlah kalangan DPR RI yang meminta pemerintah fokus pada pembenahan pertanian kedelai lokal.
''Selama ini kedelai impor Amerika biasanya dijadikan bahan baku pembuatan tempe dan tahu, yang kini harganya mengalami lonjakan,'' ujar Anggota Komisi IV DPR RI Slamet kepada wartawan di Sukabumi, Selasa (5/1). Pada kondisi normal harga kedelai mencapai Rp 7.200 per kilogram.
Namun kini harganya melonjak menjadi Rp 9.200 per kilogram. Sementara harga kedelai lokal harganya Rp 9.500 per kilogram, namun jarang digunakan oleh industri tempe dan tahu.
Slamet menerangkan, kenaikan harga kedelai ini sebenarnya sudah menjadi hal yang sering diingatkan kepada pemerintah. Sebab pemerintah saat ini dinilai lebih banyak mengimpor produk pangan ketimbang memperdayakan petani produksi petani dalam negeri.
''Bukan hanya kedelai, tapi komoditas lainnya seperti beras dan lainnya,'' kata Slamet. Ia khawatir ketergantungan ini akan terus berlangsung jika pemerintah belum juga menjadikan pertanian pangan dalam negeri berdaulat di negeri sendiri.
Dalam kondisi sekarang ini ungkap Slamet, ia berharap Kementan segera membenahi industri pertanian kedelai lokal. Terutama bagaimana agar kualitas dan harga kedelai lokal bisa mendekati harga dan kualitas kedelai impor.
Sehingga lanjut Slamet, jika Indonesia bisa memproduksi kedelai sendiri tidak akan dipermainkan oleh asing. Harapannya industri tempe dan tahu bisa menggunakan kedelai lokal sebagai bahan baku mereka.
''Sudah terbukti kedelai lokal lebih sehat karena bukan barang yang diproduksi dari hasil rekayasa genetik atau GMO (Genetically Modified Organism) seperti kedelai impor,'' cetus Slamet, yang berasal daru Fraksi FKS daerah pemilihan Kabupaten/Kota Sukabumi.
Informasi yang diperolehnya sambung Slamet, kedelai impor menjadi produk dengan kualitas dan harga yang rendah karena sudah di rekayasa secara genetik sehingga produksinya bisa cepat. Di mana GMO menjadi pangan yang kontroversial sejak awal penemuannya.
Akan tetapi lanjut Slamet, sekarang hal itu sudah menjadi hal yang dilupakan orang karena krisis ekonomi membuat orang lebih mempertimbangkan harga dari pada keamanan pangan. Oleh karenanya ketika sekarang produk impor harganya tidak lagi murah maka Kementan seharusnya segera mengambil kesempatan untuk mendukung petani kedelai lokal.
''Agar petani lokal bisa memproduksi lebih banyak lagi dari sebelumnya,'' imbuh Slamet. Hal ini bisa terwujud jika ada perhatian penuh dari pemerintah.