Media AS Enggan Sebut Pengebom Nashville Sebagai Teroris
Pelaku serangan bom di Nashville merupakan pria berkulit putih
REPUBLIKA.CO.ID, NASHVILLE -- Kasus serangan bom di Nashville, Amerika Serikat (AS) mengidentifikasikan pria berusia 63 tahun, Anthony Quinn Warner sebagai tersangka utama. Presiden AS Donald Trump membisu atas insiden itu. Liputan media pun enggan menyebut terorisme dalam insiden pada Hari Natal itu.
Warner tewas dalam melakukan aksi bom bunuh diri yang melukai tiga orang lainnya. Namun terlepas dari motif tindakan terorisme itu, Warner hanya disebut sebagai individu kulit putih tanpa menyebutkan teroris domestik maupun pelaku bom bunuh diri.
Pada aksi demo Black Lives Matter, Trump memang membela kekuatan kulit putih dan mengecam demo tersebut. Setelah pengeboman bunuh diri di Nashville, presiden menahan diri untuk tidak berkomentar, meskipun sikapnya yang memanas dalam serangan serupa yang dilakukan oleh perwakilan kelompok etnis minoritas di waktu lalu.
Pemerintahan Trump menggunakan insiden serupa yang diduga dilakukan oleh para pengungsi untuk melegitimasi larangan seluruh populasi Muslim memasuki AS. Sebenarnya, itu bukan praktik baru bagi Washington, karena serangan 11 September digunakan untuk membenarkan penangkapan dan penahanan ilegal terhadap 762 Muslim Amerika, sementara Amerika menunjuk Pearl Harbor sebagai alasan untuk kamp interniran Jepang.
Situasinya sangat mirip dengan insiden Warner di Nashville. Setelah FBI mengidentifikasi Warner bertanggung jawab atas pengeboman tersebut, media terkemuka Amerika, termasuk The New York Times, menolak menyebut pria itu sebagai pelaku bom bunuh diri.
Padahal definisi itu lebih disukai digunakan dalam cerita yang berkaitan dengan Timur Tengah dan ketika orang non-kulit putih terlibat. Sebaliknya, tersangka pengeboman digambarkan sebagai "orang yang memicu ledakan Nashville," yang memicu reaksi keras di media sosial.
Sebuah koran lokal Quinn menyebut Warner sebagai "pengebom tunggal". Hal itu juga digunakan oleh New York Times.
Artikel berjudul A Quiet Life, a Thunderous Death, and a Nightmare That Shook Nashville di surat kabar menggambarkan Warner sebagai pria tua kesepian dan lajang yang mengaku telah didiagnosis menderita kanker. Dia yang memberikan mobil serta rumahnya sebelum melakukan pengeboman.
"Detail ini dapat mengungkap kesepian pengebom Nashville, menjelaskan tindakannya, dan membantah kesimpulan @waltshaub bahkan tanpa peringatan atau manifesto, meledakkan RV di kota membuat Anda menjadi teroris. Bagaimana menurut anda? Dan apakah penting disebut pengeboman?" tulis kontributor MSNBC dan mantan jaksa federal Jill Wine-Banks di Twitter, dikutip laman Daily Sabah, Selasa (5/1).
"Jika seorang pengebom bunuh diri dengan bom, bukankah Anda akan menyebut orang itu sebagai pengebom bunuh diri?," ujar editor Daily Beast, Molly Jong-fast.
Tak lama setelah menumbuhkan kritik yang mempertanyakan integritas pers AS, New York Times menekankan bahwa identifikasi penulisan pada artikelnya sangat berbeda dari jenis pengeboman dan serangan domestik lainnya. Namun pertanyaannya adalah, seberapa besar platform media yang mau memberikan pelaku bom bunuh diri kulit putih ketika pihak lain, seperti orang kulit hitam atau Muslim, tidak diberi pertimbangan yang sama.
Menurut situs berita Refinery29, sementara kelompok supremasi kulit putih menimbulkan ancaman teroris tertinggi di AS, serangan yang dilakukan oleh Muslim, rata-rata, menerima liputan media 357 persen lebih banyak daripada serangan lainnya. Penembak massal digambarkan sebagai pria sakit jiwa yang bersenjata.
"Jika seorang pengebom bunuh diri melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Anthony Warner di Irak atau Afghanistan, itu akan dianggap sebagai serangan teroris bom bunuh diri, jadi mengapa tidak diberi label seperti itu karena orang Amerika kulit putih melakukannya di tanah Amerika?," ujar David Weissman berkata.
Analis hukum di CNN dan MSNBC Midwin Charles mengatakan bahwa dia dapat mengetahui dari tajuk utama bahwa Warner berkulit putih. Jika dia adalah orang lain, kata 'pengebom bunuh diri' & kata negatif untuk menggambarkannya seperti orang gila , preman, binatang, dan lain-lain akan muncul di judul.
Ketika para penyelidik mencoba mengumpulkan kronologi kejadian di Nashville, seorang tetangga teringat percakapannya dengan Warner sebelum insiden bom. Rick Laude mengatakan kepada The Associated Press (AP) pada Senin bahwa dia melihat Warner berdiri di kotak suratnya kurang dari sepekan sebelum Natal dan menepi di mobilnya untuk berbicara.
Setelah bertanya bagaimana kabar ibu Warner yang sudah tua, Laude dengan santai bertanya, "Apakah Santa akan membawakanmu sesuatu yang baik untuk Natal?" Kemudian Warner tersenyum dan berkata,"Oh, ya, dan dunia tidak akan pernah melupakan saya." Kesaksian ini menyiratkan serangan teroris yang direncanakan dengan baik, bukan tindakan mendadak.