Keponakan Luhut Masuk Bursa Calon Pimpinan SWF Indonesia

SWF merupakan lembaga yang akan mengelola dana investasi milik pemerintah.

Republika/Agung Supriyanto
Pandu P. Sjahrir disebut masuk dalam bursa calon pimpinan sovereign wealth fund (SWF) pemerintah, Otoritas Investasi Indonesia (INA)
Rep: Adinda Pryanka Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Daftar nama calon pimpinan lembaga pengelola keuangan investasi milik Pemerintah Indonesia atau kerap disebut Otoritas Investasi Indonesia (INA) semakin menyempit. Dilansir di Bloomberg, Rabu (20/1), salah satu nama yang muncul adalah Pandu Sjahrir dari Indies Capital Partners Pte.

Baca Juga


Informasi tersebut disampaikan beberapa orang yang mengetahui masalah tetapi enggan menyebutkan namanya. Pandu Sjahrir merupakan putra ekonom Sjahrir dan Nurmala Kartini Pandjaitan. Nurmala merupakan adik Menko Maritim dan Investasi saat ini Luhut Binsar Pandjaitan.

Pemerintah diperkirakan akan menentukan nama pimpinan INA pada bulan ini. Pandu Sjahrir, lelaki berusia 41 tahun yang merupakan managing partner di manajer aset alternatif Indies Capital disebut sebagai calon terkuat di antara kandidat tersisa. Hanya saja, belum ada keputusan akhir yang dibuat pemerintah.

Pandu Sjahrir merupakan investor dan nama yang terkenal di industri teknologi Indonesia. Ia menjadi investor awal di startup lokal seperti Gojek. Selain di Indies Capital, ia juga menjabat sebagai direktur operasional di Sea Ltd Indonesia dan anggota dewan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Nama lain yang masuk dalam daftar tersebut adalah Arief Budiman, mantan direktur keuangan PT Pertamina. Selain itu, Direktur Utama PT Indika Energy Arsjad Rasjid, CEO PT Bank CIMB Niaga Tigor Siahaan dan Presiden Direktur PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia Rizal Gozali.

Sementara itu, Cyril Noerhadi, pimpinan Creador Capital Group Indonesia, kemungkinan akan ditunjuk sebagai salah satu anggota dewan pengawas.

 

 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki harapan besar terhadap lembaga pengelola keuangan ini dalam meningkatkan kekayaan negara, terutama di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi. Otoritas investasi akan memainkan peranan kunci dalam mendanai berbagai proyek besar, mulai dari infrastruktur dan perawatan kesehatan hingga pariwisata maupun teknologi.

Otoritas akan mengajak investor lokal serta global untuk berpartisipasi dalam sub-pendanaan proyek tertentu.

Kementerian Keuangan sebagai bendahara negara menolak berkomentar. Sedangkan, para kandidat yang masuk dalam bursa calon pimpinan juga tidak segera menanggapi permintaan komentar Bloomberg.

Pemerintah berencana mulai menjalankan INA pada awal tahun ini dengan aset 5 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 70 triliun. Mereka juga akan mencari investasi sekitar 16 miliar dolar AS (Rp 225 triliun) pada tahap awal.

Model otoritas investasi Indonesia akan dirancang untuk menarik modal asing sebagai investor bersama. Model ini agak berbeda dengan banyak Sovereign Wealth Fund (SWF) di negara kaya seperti Norwegia dan Singapura. Mereka mengelola pendapatan minyak atau cadangan devisa yang besar.

Sebelum mulai beroperasi tahun ini, INA telah memperoleh miliaran dolar AS dalam bentuk jaminan dari Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, Jepang memberikan komitmen 4 miliar dolar AS melalui Bank Jepang. Jumlah itu dua kali lipat yang dijanjikan oleh Korporasi Keuangan Pembangunan Internasional AS.

Direktur pengelola di penyedia data Global SWF Diego Lopez mengatakan, model serupa telah diluncurkan dari Rusia, Italia dan Prancis ke Dana Investasi dan Infrastruktur milik India. Tapi, agar Indonesia berhasil menarik modal asing, struktur formal yang kuat, tata kelola, dan kepemimpinan menjadi sangat penting. Khususnya dengan melihat skandal 1MDB di negara tetangga, Malaysia.

Lopez menuturkan, siapapun yang akan menduduki pimpinan INA haruslah yang mampu bekerja dengan pemerintah. Selain itu, ia juga harus memahami dan menghargai dunia investasi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler