Erick Thohir: Kapasitas Produksi Vaksin Bio Farma Sudah Siap
Bio Farma telah mengantongi sertifikat cara pembuatan obat yang baik untuk vaksin.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan kapasitas produksi vaksin covid-19 milik PT Bio Farma (Persero) saat ini sudah mencapai 250 juta kapasitas produksi. Erick menyampaikan kapasitas produksi vaksin covid-19 Bio Farma telah memenuhi standar internasional yang disampaikan Global Alliance for Vaccines and Immunisation (Gavi) atau Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi di Swiss.
"Alhamdulillah keputusan (penambahan kapasitas produksi) pada April akhirnya di Desember dibuktikan bahwa 250 juta kapasitas ini sudah bisa jadi," ujar Erick saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (20/1).
Selain dari Gavi, lanjut Erick, Bio Farma juga telah mengantongi sertifikat cara pembuatan obat yang baik (CPOM) untuk 100 juta produksi vaksin dari Badan POM. Sementara 150 juta sisanya ditargetkan mendapatkan sertifikat CPOB pada Maret mendatang.
"250 juta yang sudah disiapkan produksinya di Bio Farma kita nyatakan siap dan spesifikasinya sudah ada, tinggal menunggu di Maret," ucap Erick.
Erick menambahkan, Bio Farma tak hanya menambah kapasitas produksi vaksin covid-19, melainkan juga meningkatkan teknologi produksi yang semula hanya bisa inactivated virus dan protein rekombinan, saat ini sudah bisa melakukan teknologi yang lebih tinggi seperti viral factor atau mRNA.
"Ini sekarang teknologinya sedang diterapkan," lanjut Erick.
Terkait proses distribusi dan vaksinasi, Erick menyampaikan Bio Farma akan memasang barcode pada setiap produk vaksin hingga kendaraan yang membawa vaksin ke pelosok penjuru negeri. Erick menilai hal ini merupakan pemanfaatan teknologi agar pengawasan vaksin berjalan optimal, termasuk memastikan suhu vaksin berada di angka dua derajat celcius hingga delapan derajat celcius.
"Setelah dibuka itu terdekteksi, itu sudah sampai (tujuan), tugas kami sampai ke ke gubernuran. Kita meminta dengan hormat para pimpinan daerah menjaga vaksin dalam suhu dua derajat celcius hingga delapan derajat celcius," ungkap Erick.
Terkait kondisi suhu, kata Erick, menjadi tantangan bagi Indonesia saat hendak menggunakan vaksin dari Pfizer dan Moderna yang mengharuskan berada dalam suhu minus 20 derajat celcius hingga minus 75 derajat celcius.