Detik-Detik Terakhir Kehidupan Hasan

Hasan merupakan cucu Nabi Muhammad.

MgIt03
Detik-Detik Terakhir Kehidupan Hasan. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi
Rep: Rossi Handayani Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cucu Rasulullah ﷺ, al-Hasan meninggal dunia karena efek racun yang masuk ke dalam tubuhnya. Seorang tabib yang mengobati al-Hasan mengatakan, racun yang masuk ke tubuhnya sangat kuat hingga merusak fungsi  ususnya (Siyar A'lamin Nubala).

Baca Juga


Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, suatu ketika, al-Husain, adik sekaligus teman al-Hasan, datang menjenguknya. Setelah masuk ke ruangannya, dia melihat kakaknya sedang terkulai lemah di atas pembaringan. 

Al-Husain langsung terkenang masa kecilnya. Dia teringat betapa dahulu mereka selalu bermain dan bekerja bersama-sama. Bahkan belum lama, mereka masih berjihad bersama. Al-Husain menghampiri al-Hasan, lalu duduk di sebelah kepalanya. Dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya saat melihat kakaknya yang berada dalam kondisi seperti itu. 

Al-Husain berkata: "Wahai Abu Muhammad! Beri tahu aku, siapa yang telah meracunimu?" 

"Untuk apa, saudaraku?" Al-Hasan balik bertanya.

Al-Husain lantas bersumpah: "Demi Allah, aku akan membunuhnya sebelum menguburkan jenazahmu. Jika orang itu berada di tempat yang jauh, aku akan mengutus sejumlah orang untuk menangkapnya".

"Adikku! Dunia ini tak ubahnya malam yang akan segera berlalu. Biarkan saja si pelaku, hingga aku bertemu dengannya dihadapan Allah kelak," balas al-Hasan. 

Al-Hasan enggan menyebut nama orang yang meracuninya (Al Bidayah wan Nihayah) khawatir hal itu akan menimbulkan gejolak yang sudah lama hilang. Al-Hasan tidak ingin menumpahkan darah siapa pun karena dirinya, melainkan dia hanya menginginkan kedamaian. Dalam kedamaian itulah al-Hasan menjalani kehidupannya, dan dalam kedamaian itu pula dia meninggalkan dunia ini. 

Ketika sakit yang dirasakan al-Hasan semakin menjadi-jadi, perasaannya sempat kurang terkendali. Rasa sakit seperti itu bukanlah hal yang aneh karena setiap kematian didahului dengan sakratul maut.

Al-Husain menemuinya dan berkata: "Wahai Abu Muhammad, mengapa engkau bersikap seperti ini? Kematian itu hanyalah kepergian rohmu meninggalkan jasad, lalu ia akan menemui kedua orang tuamu, Ali dan Fathimah, kakek dan nenekmu, Nabi (Muhammad) dan Khadijah, paman-pamanmu dari ayah, Hamzah dan Ja'far, paman-pamanmu dari ibu, al-Qasim, ath-Thayib, Muthahhir, dan Ibrahim, juga bibi-bibimu, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Zainab" (Tarikh Dimasyq).

Sebelum al-Husain menyelesaikan perkataannya, al-Hasan sudah terlihat gembira dan wajahnya kembali berseri-seri. Sambil menghadapkan wajahnya ke arah al-Husain, dia berkata: "Adikku, aku sedang berhadapan dengan salah satu ketentuan Allah yang belum pernah kuhadapi sebelumnya. Aku juga akan melihat salah satu makhluk-Nya yang belum pernah kulihat sebelum ini".

 

JAKARTA -- Mendengar ungkapan kakaknya itu, al-Husain pun menangis (Al Bidayah wan Nihayah). Dia akhirnya yakin betul bahwa ajal dan waktu perpisahan al-Hasan dengan orang-orang terkasih segera tiba. 

Al-Hasan kemudian menoleh ke arah orang-orang yang ada di sekitarnya, lalu berkata: "Kuburkan aku di dekat ayahku", maksudnya Nabi, "kecuali jika kalian khawatir hal itu akan menimbulkan penumpahan darah. Jika kalian khawatir demikian maka janganlah kalian menumpahkan setetes darah pun karena keinginanku. Kuburkan saja aku di pemakaman kaum muslimin!" (Tarikh Dimasyq).

Setelah itu, al-Hasan mengirim utusan kepada Ummul Mukminin Aisyah guna meminta izin agar dirinya dimakamkan di dekat makam Nabi. Al-Hasan berkata kepada al-Husain: "Setelah aku meninggal nanti, mintalah kesediaan Aisyah agar aku dimakamkan bersama Nabi, karena mungkin ia malu padaku. Jika ia mengizinkan, makamkan aku di rumahnya". Aisyah pun mengabulkan permintaan al-Hasan ini (Akhbarul Madinah).

Penyakit al-Hasan semakin parah, limpanya terluka, dan hatinya pecah. Racun mulai menyebar ke sekujur tubuh, hingga memutus ususnya. Dia bahkan sempat memuntahkan sebagian isi perutnya yang telah hancur. Saat itulah ia yakin bahwa kematian sudah sangat dekat. Meskipun demikian, kondisi ini tidak membuatnya lalai untuk mengingat Allah. 

Al-Hasan berkata kepada orang-orang di sekitarnya, "Bawa aku ke padang yang luas, agar aku bisa melihat kerajaan-kerajaan langit". Maksudnya, melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Maka pembaringannya digotong ke luar. 

Setelah berada di luar, ia menengadahkan pandangannya ke atas dan berucap: "Ya Allah, sungguh, aku mengharap pahala atas kematianku di sisi-Mu, aku tidak akan menuntut balas atasnya, dan nyawaku ini adalah nyawa yang paling berharga bagiku" (Tarikh Dimasyq).

 

 

 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler