Angela Merkel Kenapa Kau tak di Sini?
Angela Merkel meninggalkan kekuasan dengan tangisan rakyat Jerman.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Inilah kisah magis dari seorang perempuan Jerman yang menjadi kanselir, Angela Markel. Setelah 18 tahun berkuasa pada 7 Januari lalu, dia mengakhiri kekuasaannya dengan sangat manis. Kala dia berpidato di parlemen, tepuk tangan membahana selama enam menit. Di balkon, semuanya tertunduk sedih karena kehilangan wanita hebat ini.
Mereka kini menghela Jerman ke puncak dunia. Jerman kini memimpn Eropa. Presiden Rusia Putin sudah menyatakan, kini Jerman menjadi pemimpin dunia, posisinya setara dengan China. Jerman menjadi kandidat kuat pemain ekonomi utama dunia.
Semua kecemerlangan Jerman didapat oleh Merkel. Sebuah percakapan di grup Whatsapp para penulis yang tergabung dalam 'Satu Pena' menceritakannya. Sebuah tulisan kiriman dari penulis dan pakar komunikasi Sirkit Syah mengisahkan dengan manis. Begini tulisannya:
Jerman mengucapkan selamat tinggal kepada Merkel dengan tepuk tangan hangat selama enam menit.
Orang Jerman memilihnya untuk memimpin mereka dan dia memimpin 80 juta orang Jerman selama 18 tahun dengan kompetensi, keterampilan, dedikasi, dan ketulusan.
Selama 18 tahun kepemimpinannya atas otoritas di negaranya, tidak ada pelanggaran yang tercatat terhadapnya. Dia tidak menugaskan salah satu kerabatnya sebagai sekretaris. Dia tidak mengeklaim bahwa dia adalah pencipta kejayaan. Dia tidak mendapatkan jutaan darinya, juga tidak ada yang menghibur hidupnya. Dia tidak menerima piagam dan janji, dia tidak melawan mereka yang mendahuluinya, dan tidak membubarkannya.
Dia tidak mengucapkan omong koson. Dia tidak muncul di gang-gang Berlin untuk difoto.
Ini adalah (Angela Merkel) wanita yang dijuluki "Nyonya Dunia" dan digambarkan setara dengan enam juta pria.
Kemarin, Merkel meninggalkan posisi kepemimpinan partai dan menyerahkannya kepada orang-orang setelahnya. Dan Jerman serta rakyat Jerman berada dalam kondisi terbaik.
Reaksi Jerman belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Jerman.
Semua orang pergi ke balkon rumah masing-masing dan bertepuk tangan untuknya secara spontan selama enam menit tepuk tangan hangat tanpa henti, tanpa penyair populer, penyanyi, dan seremoni ini atau itu.
Jerman berdiri sebagai satu badan yang mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin Jerman, seorang fisikawan kimia yang tidak tergoda oleh mode atau lampu sorot dan tidak membeli real estat, mobil, kapal pesiar, dan pesawat pribadi. Dia sadar bahwa dia berasal dari bekas Jerman Timur.
Dia meninggalkan posnya setelah meninggalkan Jerman di atas. Dia pergi dan kerabatnya tidak mengemis-ngemis kedudukan/jabatan.
Delapan belas tahun dia bekerja dan tidak mengganti pakaian lamanya.
Tuhan, semoga beri berkat atas pemimpin yang diam ini.
Tuhan, semoga beri berkat atas kebesaran Jerman.
Pada konferensi pers, seorang jurnalis wanita bertanya kepada Merkel: Kami melihat bahwa pakaian Anda yang itu terus, bukankah Anda punya yang lain?
Dia menjawab: Saya pegawai pemerintah dan bukan model.
Pada konferensi pers lainnya, mereka bertanya padanya: Apakah Anda memiliki pembantu rumah tangga yang membersihkan rumah, menyiapkan makanan, dan sebagainya?
Jawabannya adalah: Tidak, saya tidak memiliki pekerja perempuan dan saya tidak membutuhkan mereka. Suami saya dan saya melakukan pekerjaan ini di rumah setiap hari.
Kemudian, wartawan lain bertanya: Siapa yang mencuci baju, Anda atau suami Anda?
Jawabannya: Saya yang mengatur pakaian, dan suami saya yang mengoperasikan mesin cuci, dan biasanya pada malam hari karena listrik tersedia dan tidak ada tekanan, dan yang terpenting adalah memperhitungkan tetangga dari ketidaknyamanan, dan dinding yang memisahkan apartemen kami dari tetangga tebal.
Ibu Merkel ini tinggal di apartemen normal seperti warga negara lainnya. Apartemen ini dia tinggali sebelum terpilih sebagai Perdana Menteri Jerman dan dia tidak meninggalkannya dan tidak memiliki vila, pelayan, kolam renang, dan taman.
Ini Merkel, Perdana Menteri Jerman, ekonomi terbesar di Eropa!!
Nah, membaca kiriman tulisan Sirkit Syah di grup WA Satupena, saya hanya berguman. Sayang itu di Jerman ya, bukan di sini?