6 Kota di Kawasan Arab yang Punah, Ada yang Disebut Alquran
Terdapat kota yang disebutkan Alquran di kawasan Arab dan telah punah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Catatan sejarah di dunia Arab menceritakan tentang ketersebaran kota-kota Arab. Selama bertahun-tahun, kota-kota muncul di antara lautan dan Teluk. Sebagian kota telah punah karena perang sengit di wilayah tersebut.
Berikut ini adalah daftar kota-kota Arab bersejarah. Sebagian sudah punah, dan sebagian lagi di ambang kepunahan:
1. Palmyra di Suriah (Dari milenium kedua Sebelum Masehi hingga tahun 273)
Kerajaan Palmyra yang berarti "kerajaan yang gigih" di Suriah adalah salah satu peradaban sejarah tertua, bahkan bersaing dengan Kekaisaran Romawi di bawah kepemimpinan ratunya Zenobia di masa keemasannya. Setelah empat tahun perang di Suriah, hanya sedikit yang tersisa setelah dihancurkan rezim Suriah dan ISIS.
Palmyra dulunya memiliki Kuil "Baal" yang merupakan monumen paling terkenal selain "penjara Palmyra" yang menjadi saksi pembantaian paling terkenal dari rezim Suriah di era tahun delapan puluhan yang lalu. abad.
2. Petra di Yordania (Dari tahun 312 SM sampai tahun 746)
Penemuan kota Petra, ibu kota Nabatean dalam sejarah kontemporer, dimulai pada 1812 setelah diabaikan selama periode pemerintahan Ottoman. Petra hampir terkubur di bawah tanah sampai ditemukan kembali, lalu diklasifikasikan dalam daftar warisan manusia dan salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Kampanye militer melawan Kota Petra berlangsung berturut-turut sepanjang sejarah, dari Yunani hingga Roma. Namun setelah orang Arab menetap di dalamnya dan menjadi sasaran gempa bumi pada pertengahan abad ketujuh Masehi, Petra memasuki periode hibernasi sampai penemuannya. Meskipun dahulu lokasinya strategis di "Jalur Sutra", Petra sekarang lebih menjadi objek wisata karena kepentingan geopolitiknya berkurang.
3. Kartago di Tunisia (Dari 814 SM sampai 164 SM)
Pendirian Kartago, atau "kota baru", dimulai pada abad ke-8 SM oleh Putri Elissar, yang melarikan diri dari Tirus di Lebanon, dan kemudian menjadi pusat laut yang penting bagi orang Fenisia. Kota ini memperoleh keunikannya setelah mengendalikan jalur perdagangan maritim antara tiga benua.
Terlepas dari mitos seputar penguasanya yakni komandan militer Hannibal, Kartago bertempur dalam sejarah panjang perang dengan Romawi yang berakhir dengan kehancuran total pada 164 SM. Meskipun dibangun kembali beberapa kali selama peradaban berturut-turut, hanya sedikit yang tersisa dari reruntuhan kota pertama.
4. Kota Iram Dzaatil Imad
Pentingnya keberadaan kota bersejarah Iram, terletak pada kitab suci dari tiga agama monoteistik. Hingga kini tidak ada informasi yang akurat tentangnya, tetapi apa yang disebutkan oleh teks-teks agama menunjukkan bahwa suatu kekuatan ilahi mengirimkan angin kencang yang sarat dengan pasir untuk mengubur kota tersebut
Kota Iram disebut-sebut dibangun Shaddad yang ingin menantang keindahan surga yang ditawarkan Tuhan kepada para hamba-Nya. Upayanya ini juga sekaligus untuk menentang ajakan Nabi Hud. Banyak yang mempertanyakan fakta keberadaan kota Iram. Namun sejarawan percaya keberadaannya ada di Yaman atau Suriah, tetapi tidak ada yang mengonfirmasi hal ini.
5. Babilonia di Irak (Dari 1894 SM sampai 141 SM)
Babilonia dianggap yang paling terkenal di antara kota-kota mati. Tanda historisnya terletak pada kehadirannya dalam teks-teks dari semua agama monoteistik. Menurut Perjanjian Lama, sebuah menara besar dibangun di dalamnya. Kehadirannya yang legendaris dan perkembangan ilmu pengetahuan serta budaya yang diketahui kota itu pada masa pemerintahan Raja Hammurabi Babilonia. Banyak dari monumen kota tersebut masih ada, tetapi dijarah setelah invasi Amerika Serikat ke Irak.
6. Libda di Libya (Dari 1000 SM sampai 7 SM)
Baru-baru ini Kota Libda ditemukan di Libya khususnya pada tahun 2006. Di antara monumen terpentingnya adalah mosaik raksasa dari abad pertama Masehi. Sejarah kota Libda kembali ke peradaban Fenisia, di mana mereka menetapkannya sebagai pelabuhan untuk kapal mereka.
Dengan suksesi pendudukan Yunani dan Romawi, dan kedatangan penaklukan Islam di pertengahan abad keenam, hanya sedikit yang tersisa dari istananya. Konflik politik bukan satu-satunya alasan kepunahannya. Alasan terbesarnya adalah karena terkena banjir di Lembah Ain pada abad kelima yang menghancurkan bangunannya. Hanya tempat pemandian, amfiteater batu, dan beberapa kuil yang tersisa.