Proyek Gasifikasi Pembangkit, PGN Minta Harga Khusus
Tahap I PGN akan mengerjakan gasifikasi 30 pembangkit.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara membuka tabir proyek gasifikasi pembangkit milik PLN. PGN meminta adanya harga khusus LNG untuk pasokan kelistrikan ini agar proyek ini bisa jalan.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Syahrial Mukthar menjelaskan, pada pelaksanaannya proyek gasifikasi pembangkit ini memang tidak mudah. PGN menghadapi berbagai tantangan, pertama soal kebutuhan LNG yang ternyata tidak besar di PLN. Kedua, tak semua pembangkit bisa langsung dialirkan LNG karena tidak ada infrastruktur gasnya.
“Tantanganya volume kecil dan infrastruktur mahal apalagi kalau harus bangun jetty baru, peningkatan cost besar. Nanti kami akan diskusi dengan pemerintah solusinya bagaimana, apakah ada harga khusus LNG atau seperti apa. Tapi kami melakukan upaya dulu secara keekonomian harga LNG normal. Kami berharap harga gas bisa penuhi target dibawah harga HSD,” ungkap Syahrial, Senin (1/2).
Penugasan pelaksanaan penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG, serta konversi pennggunaan BBM dengan LNG dalam penyediaan tenaga listrik di 52 pembangkit listrik harus bisa selesai dalam jangka waktu dua tahun. Belakangan pemerintah mendata lokasi pembangkit bertambah menjadi 55 pembangkit yang bisa diganti BBM dengan gas.
Menurut Syahrial, untuk tahap I PGN akan mengerjakan gasifikasi 30 pembangkit. Setelah Sorong kini PGN sedang mempersiapkan gasifikasi di dua lokasi lainnya. “Di Sorong kan sudah, setelah ini di Nias lalu Tanjung Selor,” kata dia.
Syahrial menuturkan, perusahaan juga akan melibatkan mitra yang diharapkan bisa mempercepat progress gasifikasi pembangkit listrik. “Kami berpartner mengundang swasta yang juga mau berinvestasi membangun infrastruktur jadi gasifikasi bisa kita percepat,” kata Syahrial.
PGN telah menyebar dokumen Request for Information (RFI) yang sudah dikirimkan kepada para calon mitra. Nantinya PGN berharap para mitra bisa tidak hanya dari sisi pendanaan tapi juga memberikan masukan tentang berbagai hal teknis untuk bisa memasok gas ke berbagai titik pembangkit.
“Dari sisi tata waktu kami kirimkan RFI, ke pihak-pihak yang minat. Kami berharap ada masukan mengenai pola supply yang maksimal,” ujarnya.
Untuk menjalankan proyek tersebut PGN tidak bisa perhitungkan keekonomian titik demi titik karena volume gas disetiap titik rata-rata masih kecil lantaran pembangkit juga berkapasitas kecil-kecil. Menurut Syahrial pola operasi PLN menjadikan pembangkit itu sebagai peaker.
“Kami harus cari terobosan supaya bisa jalan. Yang dilakukan klasterisasi titik-titik berdekatan dari sana buat simulasi infrastruktur yang dibutuhkan,” ungkap Syahrial.
Beberapa simulasi yang dikaji pertama adalah dari mana asal LNG, kemudian ukuran kapal, ketiga ketika tahu lama perjalanan setiap titik tahu berapa besar storage. Kapasitas regasifikasi sendiri sesuai dengan kapasitas pembangkit listrik. “Itu karakterisik peaker walaupun volume kecil kapasitas regasifikasi diangka maksimum,” kata dia.
PGN juga akan membangun hub dalam bentuk storage floating, sehingga LNG dari Tangguh bisa dibawa ke Ambon, ada juga hub di bali, lampung atau di cilamaya.
“Dengan optimasi titik-titik tadi harga gas yang nantinya bisa provide ke PLN dengan demand yang sudah disampaikan acuan harga HSD kami harap harga gas sama dengan harga HSD,” kata Syahrial.