Maret, AstraZeneca akan Pasok 9 Juta Vaksin untuk Uni Eropa

AstraZeneca mengalami masalah produksi vaksin covid-19.

EPA
Vaksin Covid-19 eksperimental yang dikembangkan AstraZeneca bersama University of Oxford diperkirakan bisa diperoleh seharga tiga dolar AS, sekitar Rp 42 ribu.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Uni Eropa (UE) mengatakan, perusahaan obat Inggris-Swedia AstraZeneca akan memasok sembilan juta dosis vaksin Covid-19 tambahan pada Maret. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, itu langkah maju. Sebanyak 40 juta dosis yang diharapkan ada untuk UE baru terealisasi setengah dari yang diharapkan, di tengah masalah pasokan yang dialami AstraZeneca.

Komisi UE terlibat dalam perselisihan yang banyak dikritik dengan Inggris dan AstraZeneca pekan ini. Secara khusus, UE dikutuk atas ancamannya untuk melakukan pemeriksaan di perbatasan Irlandia Utara guna mencegah vaksin yang diproduksi di UE mencapai Inggris.

Perbatasan adalah salah satu masalah paling sulit untuk diatasi dalam kesepakatan Brexit yang baru-baru ini disepakati, setelah kepergian Inggris dari UE. Uni Eropa marah karena Inggris mendapatkan pasokan kontrak buatan Inggris dari AstraZeneca sementara blok tersebut mengalami kekurangan, dilansir di BBC, Senin (1/2). 

Dalam sebuah cuitan, Von der Leyen mengatakan, AstraZeneca akan memberikan 9 juta dosis tambahan pada kuartal pertama (total 40 juta). Uni Eropa menandatangani kesepakatan pada bulan Agustus untuk 300 juta dosis AstraZeneca, dengan opsi untuk 100 dosis tambahan.

Baca Juga



Diharapkan 80 juta akan dikirimkan pada kuartal pertama 2021, meskipun sumber lain menyebutkan angka 100 juta. Namun,  AstraZeneca mengatakan, ada masalah produksi di pabriknya di Belanda dan Belgia. Ini berarti akan ada pemotongan 60 persen dalam pasokan hingga akhir Maret.

Baca juga : Filipina Deklarasikan 1 Februari Sebagai Hari Hijab Nasional

Komisi menunjukkan, vaksin dapat dipasok dari pabrik yang berbasis di Inggris. Namun, Inggris dengan gigih mempertahankan kontrak pasokannya dengan AstraZeneca. Inggris adalah negara pertama yang menyetujui vaksin tersebut, pada tanggal 30 Desember, sedangkan UE baru melakukannya pada hari Jumat (29/1).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler