Remitansi Gambia Mengerek Neraca Pembayaran Jadi Positif
Cadangan devisa bruto Gambia juga terus meningkat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arus masuk pengiriman uang remitansi Gambia mencapai rekor tertinggi pada 2020. Dana Moneter Internasional menyebut nilainya mengkompensasi penurunan pendapatan pariwisata yang terjadi karena pembatasan perjalanan terkait virus corona.
Perwakilan IMF, Mamadou Barry mengatakan mengatakan pengiriman uang dan transfer modal Gambia mencapai 588 juta dolar AS pada tahun 2020, naik 78 persen dibandingkan dengan 2019. Ini membuat neraca pembayaran positif secara keseluruhan.
"Ini lebih dari mengkompensasi kerugian dalam pariwisata dan arus masuk kembali perdagangan ekspor," katanya, dikutip Bloomberg, Kamis (4/2).
Cadangan devisa bruto juga terus meningkat, sehingga menciptakan kondisi mata uang yang stabil. Ekonomi Afrika Barat yang bernilai satu miliar dolar sangat bergantung pada pariwisata yang hampir menempati porsi sepertiga dari PDB.
Wilayah tersebut menarik sebagian besar pelancong Eropa karena pantai pasir putihnya. Pihak berwenang memperkirakan akan kehilangan 292 juta dolar AS dari pendapatan pariwisata pada akhir tahun 2020 karena dampak dari pembatasan perjalanan.
Wakil Gubernur Bank Sentral Gambia, Seeku Jaabi menyampaikan sistem pencatatan data pengiriman uang tercatat lebih baik. Selain itu terjadi pergeseran dari platform pengiriman uang informal ke formal karena pembatasan pergerakan.
"Ini membuat arus masuk yang tinggi yang tercatat tahun lalu," katanya pada konferensi online lalu.
Barry menambahkan pertumbuhan ekonomi Gambia diproyeksikan sekitar nol persen pada tahun 2020, yang jauh lebih baik daripada negara-negara tetangga yang bergantung pada pariwisata Afrika sub-Sahara. Negara tetangga rata-rata mencatat pertumbuhan PDBnya pada tahun 2020 diproyeksikan rata-rata kontraksi 10-11 persen.
Peningkatan produksi pertanian dan ketahanan di sektor konstruksi dan ritel makanan, setelah donor publik dan swasta mendanai distribusi paket makanan, mendukung output. Pertumbuhan diproyeksikan rebound menjadi enam persen pada 2021 dan rata-rata 6,5 persen dalam jangka menengah.
"Ini bisa terjadi jika pemerintah menerapkan paket stimulus yang termasuk dalam anggaran 2021 dan kondisi global menjadi normal," kata Barry.
IMF juga merekomendasikan Gambia untuk fokus pada konsolidasi fiskal dan meningkatkan manajemen utang. Risiko kesulitan utang tetap tinggi meski rasio utang terhadap PDB diproyeksikan turun dari 80,1 persen pada 2019 menjadi 76,4 persen pada 2020.