Ini Alasan tak Dianjurkan Menyeduh Teh dengan Microwave
Menyeduh teh dengan mug yang dimasukkan ke dalam microwave tidak disarankan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memanaskan air untuk membuat teh adalah penentu apakah teh akan berasa atau tidak. Meskipun memanaskan air teh menggunakan microwave adalah cara yang mudah, ternyata langkah ini tidak tepat.
Dilansir dari Real Simple, Rabu (17/2), menyeduh teh dengan air yang dipanaskan di microwave ternyata tidak dianjurkan. Berikut alasannya.
1. Teh membutuhkan suhu pemasakan sangat berbeda
Sering kali, memanaskan mug dengan microwave bisa membuat air terlalu panas. Kondisi itu tentu membahayakan kulit terbakar dan potensi tumpahan air panas.
Ketika air terlalu panas, Anda harus menunggu lebih lama untuk meminum teh. Teh dengan bermacam jenis itu membutuhkan suhu air yang berbeda pula.
Teh hijau (termasuk matcha) dan teh putih harus diseduh antara 71 hingga 82 derajad Celsius. Teh hitam, oolong, rooibos, dan herbal harus lebih panas, sekitar 93 derajad Celsius atau lebih.
Sulit mendapat suhu yang tepat menggunakan microwave. Dengan ketel teh listrik yang memiliki pengaturan untuk setiap jenis teh atau termometer internal, maka Anda hanya perlu menekan tombol.
Bahkan tanpa pengaturan suhu, ketel teh yang terdengar memanas membuat Anda bisa memperkirakan suhunya. Jika Anda menyeduh teh hijau atau putih, tuangkan dari ketel sebelum mendidih.
Dengan cara itu, Anda dapat menentukan kisaran suhu yang dibutuhkan teh. Semakin sering menggunakan ketel, Anda akan mengetahui kapan air sudah siap. Untuk mengukur suhu air, Anda bisa menggunakan termometer dapur.
Suhu yang tepat mungkin tak terlalu penting bagi Anda. Namun, teh daun tidak akan bermanfaat jika menggunakan air microvawe. Manfaat rasa dari daun teh dapat diekstrasi sepenuhnya dengan menyeduh pada suhu yang tepat.
2. Ilmu fisika sependapat bahwa ini bukan cara tepat
Berbicara tentang manfaat rasa, ada penelitian ilmiah aktual untuk mendukung anggapan bahwa air microwave untuk menyeduh teh sangat salah. Satu studi dilakukan oleh para peneliti di University of Electronic Science and Technology of China tentang bagaimana cairain pemanas bekerja dalam microwave.
Ternyata, medan listrik yang bertindak sebagai sumber pemanasan dalam alat menyebabkan air meiliki suhu yang berbeda di bagian atas dan bawah mug. Padahal, secangkir teh yang baik berarti mencapai suhu yang seragam di seluruh cangkir.
Sebaliknya, saat memanaskan cairan seperti air di atas kompor atau di dalam ketel, sumber pemanas menghangatkan wadah dari bawah. Itu adalah saat proses yang disebut konveksi terjadi, yang menghasilkan suhu seragam sempurna di seluruh ketel.
Jika memanaskan secangkir air dalam microwave selama 90 detik (seperti yang dilakukan para peneliti), maka medan listrik perangkat memanaskannya dari semua sudut, tidak hanya dari bawah. Bagian atas air mug mungkin mendidih, sedangkan dasarnya berbeda suhu. Karena seluruh gelas itu juga mengalami pemanasan, maka proses konveksi tidak terjadi, dan cairan di bagian atas wadah menjadi jauh lebih panas daripada cairan di bagian bawah.
3. Santai dan jangan terburu-buru
Ada manfaat mental dari melewatkan microwave. Sama seperti tradisi coffee break Swedia yang dikenal dengan Fika, minum teh adalah jeda dalam momentum hari yang tiada henti.
Artinya, ada waktu membenamkan diri dalam momen yang tenang, atau kesempatan untuk melambat. Memanaskan air teh di microwave terasa tidak sesuai dengan tradisi itu dan sifat teh jadul yang santai.
Teh paling baik jika lambat dan disengaja melambat. Microwave mempercepat teh, menipu sistem, dan menghilangkannya dari asalnya.
Di seluruh dunia, ada begitu banyak teh yang direndam dalam banyak cara. Beberapa, seperti pu-erh, bahkan memiliki upacara pembilasan jika dinikmati secara resmi.
Ada juga pembilasan teh itu sendiri, di mana air panas dituangkan di atas teh sebentar lalu dibuang. Matcha membutuhkan pengadukan yang hati-hati untuk mempersiapkan dengan benar. Tradisi teh berbeda-beda, dan penting untuk tidak mengabaikannya.