AMRO: Pertumbuhan Ekonomi Kembali ke 5 Persen Tahun Depan

Tahun ini, AMRO menargetkan pertumbuhan ekonomi 4,9 persen.

Republika/Thoudy Badai
Suasana langit Jakarta dilihat dari kawasan Kemayoran, Jakarta, Kamis (18/2). Lembaga riset regional ASEAN +3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali ke level lima persen pada tahun depan.
Rep: Adinda Pryanka Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga riset regional ASEAN +3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali ke level lima persen pada tahun depan. Perhitungan ini berdasarkan asumsi pandemi Covid-19 yang semakin terkendali, sehingga pendapatan negara sudah mulai memulih.

Baca Juga


Dalam laporan terbarunya berjudul 'AMRO Annual Consultation Report Indonesia' yang dirilis pada Kamis (18/2), pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,3 persen pada tahun depan. Perhitungan ini jauh membaik dibandingkan kontraksi 2,1 persen pada tahun lalu.

Untuk tahun ini, AMRO memproyeksikan ekonomi tumbuh 4,9 persen. Laju pertumbuhan ekonomi diperhitungkan akan kembali melambat di level 5,2 persen pada periode 2023 hingga 2025.

"Dengan pengendalian pandemi, pertumbuhan PDB riil diperkirakan akan kembali ke tingkat sebelum pandemi di sekitar 5,2-5,3 persen dalam jangka menengah," tulis laporan AMRO.

Pemulihan ke level sebelum pandemi ini terutama dikarenakan kondisi penerimaan negara yang diperkirakan mulai membaik pada tahun depan. Pendapatan fiskal diperkirakan pulih menjadi sekitar 12 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Perekonomian juga diprediksi membutuhkan dukungan pemerintah lebih sedikit dibandingkan tahun lalu dan tahun ini. Oleh karena itu, belanja pemerintah diperkirakan turun menjadi sekitar 15 persen dari PDB.

AMRO juga memperkirakan, keseimbangan primer semakin mendekati nol persen. Pada tahun ini dan tahun depan, keseimbangan primer diproyeksikan berada pada level minus 3,3 persen dan 1,1 persen. Sedangkan, pada 2023-205, angkanya mencapai minus 0,7 persen.

Pertumbuhan ekonomi yang kuat dan defisit keseimbangan primer lebih rendah  diperkirakan akan menahan laju pertumbuhan utang kurang dari 0,5 poin persentase mulai 2022 dan seterusnya hingga berada pada level 42 persen-43 persen dari PDB.

Sementara itu, pertumbuhan utang dari 2021 ke 2022 diprediksi mencapai 0,7 poin persentase atau dari 41,7 persen terhadap PDB menjadi 42,4 persen terhadap PDB. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler