Warga: Selama Saya di Sini Sejak 2002 Ini Banjir Terparah

Banjir kali ini terbilang paling parah selama dia tinggal di daerah tersebut.

Republika/Eva Rianti
Situasi banjir di Kelurahan Alam Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang.
Rep: Eva Rianti  Red: Mas Alamil Huda

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sejumlah wilayah di Kota Tangerang dilanda banjir besar lantaran adanya hujan lebat yang terjadi pada Sabtu (20/2) dini hari. Salah satu wilayah yang mengalami kondisi banjir yang parah adalah RT 05 RW 08 Kelurahan Alam Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang. 


Marsono (51 tahun), salah satu warga mengungkapkan banjir yang terjadi kali ini terbilang paling parah selama dia tinggal di daerah tersebut sejak 2002 lalu. "Selama saya di sini sejak 2002 ini yang terparah," ujarnya saat ditemui Republika.co.id di sebuah mushala yang dijadikan lokasi pengungsian di wilayah tersebut, Sabtu (20/2). 

Marsono menjelaskan, menurut pengalamannya, banjir itu yang terparah lantaran melihat ketinggian air serta jumlah warga yang terdampak. Dia menyebut ketinggian air banjir saat ini berkisar antara 80 centimeter (cm) hingga 100 cm. Biasanya pada sebelum-sebelumnya, jika terjadi banjir, setidaknya ketinggian air sekitar 40 cm hingga 60 cm. 

"Terus biasanya enggak semua warga kena se-RT 5. Kalau yang ini total kena 100 persen warga," terangnya. 

Menurut catatannya, warga yang terdampak banjir di RT tersebut mencapai 96 KK. Sebanyak 40 persennya atau sekitar 200 jiwa mengungsi ke mushala. Sementara sisanya bertahan di rumah yang kondisinya tingkat dua. Sebagian lainnya mengungsi ke rumah saudara. 

Teguh (42), warga lainnya menceritakan kronologis terjadinya banjir. Menurut penuturannya, banjir berawal dari hujan dengan intensitas tinggi yang dimulai sejak pukul 22.30 WIB pada Jumat (19/2). Lantas pada Sabtu (20/2) sekitar pukul 01.00 WIB air mulai masuk ke dalam rumah. Warga pun langsung berbondong-bondong mengevakuasi diri. 

"Semalam jam 01.00 WIB kita siarkan dari mushala untuk warga mengevakuasi diri. Mengungsi ke mushala. Jadi warga enggak kecolongan karena sudah waspada sejak hujan," terangnya. 

Dia berpendapat, banjir yang melanda wilayahnya lantaran curah hujan yang sangat tinggi. Di samping itu juga lantaran meluapnya Kali Caplang yang berada di daerah tersebut. "Kali ini penampungannya di wilayah Tomang, di sana kalau overload jadi sini kena. Dari kemarin kan kali (sungai) ini memang sudah enggak jalan karena posisi di bawah sudah banjir, jadi meluap, naik ke atas," jelasnya. 

Sejauh ini dia mengatakan belum mendapatkan bantuan apapun dari pihak luar. Hanya uang kas RT yang dimanfaatkan secara bersama-sama, termasuk membentuk dapur umum di teras mushala. Warga memprediksi, kondisi banjir diperkirakan surut dalam waktu sekitar satu pekan. 

Pantauan Republika.co.id di lokasi, sejumlah warga mengungsi ke mushala. Tampak para ibu tengah memasak di dapur umum, dan para bapak sedang berbincang-bincang, sementara sejumlah anak-anak lebih banyak bermain air banjir. Pada sekira pukul 12.30 WIB, air masih cukup tinggi, sekitar 50 sentimeter. Sementara itu, Kali Caplang terpantau meluber dan meluap. Tampak terlihat sejumlah sampah terdampar di bibir jembatan yang ada di beberapa titik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler