Iran Tutup Perbatasan dengan Irak Akibat Varian Covid-19

Iran khawatir penyebaran virus corona varian Inggris

Pixabay
Ilustrasi Covid-19
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran menutup penyeberangan perbatasannya dengan Irak dan melarang perjalanan ke provinsi-provinsi yang berbatasan dengan negara tetangga pada Sabtu (20/2). Keputusan itu akibat penyebaran virus corona varian Inggris yang lebih mudah menular. 

Baca Juga


Provinsi barat Khuzestan, yang berbatasan dengan Irak, paling parah dilanda jenis varian virus corona itu. Sebagian besar kasus baru dilaporkan dari wilayah itu.

Menteri Dalam Negeri Iran, mengonfirmasi bahwa perbatasan dengan Irak ditutup. Dia mengatakan bahwa situasi di Khuzestan telah dibahas dalam pertemuan markas anti-corona dan keputusan penting diambil untuk menahan penyebarannya.

Menurut laporan media lokal, dua anak meninggal di provinsi itu minggu ini setelah tertular varian Inggris. Laporan kasus pertama kali dilaporkan di Iran bulan lalu.

Kementerian Kesehatan Iran sebelumnya telah melaporkan kematian dua orang karena varian virus korona Inggris di provinsi Qazvin dan Alborz tengah, menunjuk pada gejalan itu. Menteri Kesehatan, Saeed Namaki, mengungkapkan keprihatinan atas situasi mengkhawatirkan di Khuzestan dan provinsi sekitarnya. 

 

Namazaki mengatakan virus itu dibawa oleh para pelancong yang datang dari Irak. Dia mengatakan instruksi diberikan kepada menyatakan Kementerian Dalam Negeri untuk menutup perbatasan dengan Irak dan melarang perjalanan ke provinsi Khuzestan, Kermanshah, dan Ilam, yang berbagi perbatasan dengan negara tetangga.

Varian virus corona di Inggris sebagai berbahaya. Namaki menyerukan kewaspadaan tinggi di provinsi-provinsi di lingkungan Khuzestan, terutama di provinsi Fars dan Isfahan.

Namazaki mengatakan varian virus Inggris telah menyebar ke seluruh negeri. Dia menyerukan kepatuhan ketat dengan protokol kesehatan. Iran sejauh ini melaporkan lebih dari 1,5 juta kasus virus sejak wabah di negara itu pada Februari tahun lalu. Sebanyak 59.409 orang telah meninggal.

Peluncuran vaksinasi dimulai minggu lalu dengan petugas kesehatan dan kelompok berisiko tinggi lainnya diberikan vaksin Sputnik V buatan Rusia pada fase pertama. Upaya juga sedang dilakukan untuk mengimpor vaksin dari China, Kuba, Korea Selatan, dan India.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler