Masih Takut Jarum Suntik, Ini Beragam Kerugiannya
Ahli meminta orang tua ajarkan anak untuk tidak takut jarum suntik
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Trauma terhadap jarum suntik sampai saat ini masih banyak ditemui pada beberapa orang dewasa. Akibatnya, potensi rugi bisa saja dialami mereka saat harus berobat atau suntik vaksinasi.
“Kerugian terhadap jarum suntik merugikan hanya ketika kita perlu mendapatkan pemeriksaan darah vaksinasi pengobatan terhadap jarum suntik. Banyak yang mengalami trypanophobia menghindari pergi ke dokter atau melakukan pemeriksaan kesehatan,” ujar psikolog Universitas Indonesia, Edward Andrianto Sutardhio, kepada Republika, Sabtu (27/2).
Dia mengatakan, gejala takut jarum suntik atau trypanophobia yang bisa muncul saat melihat jarum adalah pusing, pingsan, cemas berlebihan, dan insomnia atau masalah tidur. Selain itu, serangan panik atau panic attack, tekanan darah tinggi, detak jantung meningkat, ketakutan atau kemarahan meningkat, atau perilaku menyakiti orang lain secara fisik jika dipaksa, juga kemungkinan akan hadir pada orang yang mengalami trypanophobia.
Pada sedikit orang, ketakutan ini digeneralisasi menjadi ketakutan terhadap pengobatan lainnya. “Seperti ketakutan pergi ke dokter, ketakutan melihat jas putih, ketakutan pada bau disinfektan di rumah sakit, hingga ketakutan terhadap seluruh jenis jarum. Tetapi generalisasi ini tidak terjadi pada banyak orang,” jelas Edward.
Edward menyebut, ketakutan karena jarum suntik bisa disebabkan karena pengalaman yang menyebabkan trauma pada masa kecil. Ketakutan terhadap jarum suntik dapat juga diturunkan dari orangtua yang takut jarum suntik, karena anak meniru orang tua yang menunjukkan rasa takut berlebihan ketika disuntik. Rasa takut diinternalisasi oleh diri anak.
Dengan demikian, para orang tua sebaiknya tak membiarkan anak takut terhadap jarum suntik. Oleh karena adanya potensi merugikan, maka jangan sampai anak ikut takut terhadap jarum suntik.
Edward memberikan saran agar anak tak takut terhadap jarum suntik. Pertama, saat vaksinasi atau berobat, pilih dokter yang dapat mendistraksi perhatian anak terhadap suntikan. “Pilih dokter yang dapat membuat “berobat” menjadi sesuatu yang menyenangkan,” kata dia.
Orang tua juga diminta untuk mengurangi ekspresi takut saat anak mendapatkan suntikan. Edward juga diminta untuk tidak mendisiplinkan anak dengan menakut-nakuti anak dengan suntikan dari dokter.