Klaster Pesantren Tertangani di Kota Tasikmalaya
Diharapkan Kota Tasikmalaya sudah keluar dari zona merah
REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kota Tasikmalaya masih menjadi salah satu daerah dengan tingkat risiko penyebaran Covid-19 yang tinggi atau zona merah. Salah satu penyebabnya, pada pekan lalu terdapat lonjakan kasus dari klaster pesantren.
Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya, Ivan Dicksan mengatakan, hingga saat ini status daerahnya masih merupakan zona merah. Namun, ia menyebutkan, seluruh kasus dari klaster pesantren yang membuat Kota Tasikmalaya menjadi zona merah, telah sepenuhnya tertangani. "Kemarin klaster pesantren sudah pada pulang. Sudah sembuh semua. Mudah-mudahan level kita bisa turun lagi," kata dia, Senin (1/3).
Ia menambahkan, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Barat (Jabar) biasanya akan melakukan evaluasi setiap Senin. Ia optimistis, status Kota Tasikmalaya dapat membaik seiring dengan sembuhnya seluruh kasus dari klaster Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya. "Saya optimistis, kita akan turun lagi jadi zona oranye, bahkan bisa kuning," ujar Ivan.
Jika dapat kembali ke zona kuning (risiko penyebaran rendah), Satgas Penanganan Covid-19 Kota Tasikmalaya akan melakukan evaluasi terkait pengetatan aktivitas yang selama ini diterapkan. Kemungkinan, akan dibuat kelonggaran aktivitas masyarakat.
Menurut Ivan, seluruh kegiatan masyarakat sebenarnya dapat berjalan. Asalkan, ada jaminan bahwa penerapan protokol kesehatan (prokes) harus terus dipenuhi.
Sementara itu, jika status Kota Tasikmalaya tetap bertahan sebagai zona merah, pengetatan tetap akan dilakukan. "Namun sekarang pendekatannya lebih ke mikro. Kalau ada RT yang merah, wilayah itu yang di-lockdown. Kalau sekarang belun RT ada yang zona merah," kata dia.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya memastikan penanganan klaster Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya sudah selesai. Seluruh santri, pengajar, dan karyawan, yang sempat terkonfirmasi positif Covid-19 telah dinyatakan sembuh dan dipulangkan dari tempat isolasi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Asep Hendra mengatakan, sisa enam santri yang masih menjalani isolasi telah diperbolehkan pulang pada Sabtu (27/2). "Alhamdulillah semua santri telah sembuh semua. Terakhir yang enam santri sudah kita pulangkan Sabtu," kata dia, Ahad (28/2).
Ia mengimbau kepada para santri yang sudah pulang untuk tetap menjalani isolasi mendiri di rumahnya masing-masing selama 14 hari. Para santri diminta untuk sementara tidak beraktivitas atau bergaul dahulu dengan anggota keluarga yang lain. "Isolasi mandiri minimal 10 hari dan maksimal 14 hari," kata dia.
Kasus penyebaran Covid-19 di Pesantren Persis 67 Benda Kota Tasikmalaya bermula ketika ditemukan sejumlah santri terkonfirmasi positif beberapa pekan lalu. Kemudian, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya melakukan tes swab massal kepasa seluruh penghuni pesantren, termasuk santri, pengajar, dan guru. Hasilnya, total terdapat 389 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Ratusan santri, pengajar, dan karyawan pesantren itu diisolasi di sejumlah tempat, di antaranya asrama pesantren, Hotel Crown, RS Dewi Sartika, RS Purbaratu, dan RSUD dr Soekardjo. Namun, sejak Selasa (23/2) para santri dan pengajar sudah mulai selesai menjalani isolasi dan diperbolehkan pulang. Saat ini, seluruhnya yang sempat dinyatakan positif sudah diperbolehkan pulang.
Untuk sementara, kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka di pesantren itu dihentikan sementara. Para santri menjalani pembelajaran secara dari dari rumah masing-masing.