AS Pertimbangkan Penarikan Semua Pasukan dari Afghanistan
AS belum menyelesaikan peninjauan proses perdamaian
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan untuk menarik pasukannya secara penuh dari Afghanistan pada 1 Mei. Pemerintah AS belum membuat keputusan terkait komitmen mereka setelah seluruh pasukannya ditarik dari Kabul.
Negosiasi perdamaian antara pemerintah Afghanistan dan Taliban di Doha telah terhenti karena pemerintahan Presiden AS Joe Biden meninjau bagaimana menangani proses perdamaian, termasuk penarikan pasukan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam surat yang dikirim kepada Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan bahwa Washington belum menyelesaikan peninjauan tersebut.
"Kami sedang mempertimbangkan penarikan penuh pasukan kami pada 1 Mei, karena kami mempertimbangkan opsi lain," kata Blinken.
Blinken mengaku khawatir setelah pasukan AS ditarik secara penuh, situasi keamanan di Afghanistan akan memburuk. Selain itu Taliban dapat memperoleh keuntungan teritorial dengan cepat.
"Saya berharap Ghani memahami urgensi nada bicara saya," ujar Blinken.
Kekerasan di Afghanistan meningkat baru-baru ini karena pembicaraan damai antara Taliban dan pemerintah tidak menghasilkan kemajuan. Kedua belah pihak mengatakan, mereka sedang mempersiapkan serangan yang "berat".
Pada Sabtu (6/3), Ghani mengatakan pemerintahnya siap untuk membahas kemungkinan mengadakan pemilihan baru dalam upaya mendorong pembicaraan damai dengan Taliban. Pejabat Afghanistan dan diplomat barat mengatakan, dalam kunjungannya ke Kabul utusan AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad membahas gagasan pembentukan pemerintahan sementara setelah mempertemukan para pemimpin Afghanistan dalam konferensi multilateral di luar negeri.
Ghani menentang gagasan pembentukan pemerintahan sementara. Menurutnya setiap pemerintahan baru harus dibentuk melalui pemilihan. Sementara juru bicara Taliban mengatakan, mereka telah menerima rancangan proses perdamaian yang diusulkan dan sedang meninjaunya.