6 Juta Pekerjaan di Uni Eropa Hilang Akibat Pandemi Covid-19

Pekerja muda dan perempuan terdampak pandemi lebih keras daripada krisis keuanhan.

EPA-EFE/PHILIPP GUELLAND
Seorang pekerja merakit drivetrain kelas-S selama acara pers untuk pembukaan jalur produksi Pabrik 56 di Sindelfingen, Jerman. Gelombang pertama pandemi Covid-19 telah menghapus sekitar enam juta pekerjaan di Uni Eropa (UE).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Gelombang pertama pandemi Covid-19 telah menghapus sekitar enam juta pekerjaan di Uni Eropa (UE). Studi Eurofound mengatakan, kontraktor sementara, pekerja muda, dan perempuan terdampak pandemi Covid-19 lebih keras daripada krisis keuangan 2008-2009.

Baca Juga


“Ada 5,7 juta lebih sedikit orang yang bekerja di UE pada musim semi 2020 dibandingkan pada akhir 2019, dan 6,3 juta lebih sedikit dibandingkan dengan tren pertumbuhan yang bisa diharapkan sebelum pandemi Covid-19,” kata Eurofound.

Menurut Eurofound, angka ketenagakerjaan Q4 2019 mencapai 201 juta pekerja, dibandingkan dengan sekitar 450 juta orang yang tinggal di UE. Perubahan terkait dalam tingkat pengangguran UE meningkat dari 6,6 persen menjadi 6,7 persen.

"Dalam 12 bulan menjelang musim semi 2020, pekerjaan UE turun 2,4 persen, jam kerja mingguan mereka yang masih bekerja turun hampir satu jam dan jumlah pekerja yang dipekerjakan tetapi tidak bekerja lebih dari dua kali lipat menjadi 17 persen," ujar Eurofound.

Eurofound mengatakan, jumlah kontrak kerja sementara turun 17 persen. Negara-negara UE yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19 adalah Spanyol, Prancis, Polandia, Italia, dan Yunani. Eurofound menekankan, tingkat lapangan kerja kaum muda selama pandemi menurun lebih tajam ketimbang pada saat krisis keuangan di 2008. 

“Pekerja muda mengalami penurunan paling tajam dalam pekerjaan,” kata Eurofound.

Pandemi Covid-19 mempengaruhi sektor-sektor yang didominasi perempuan termasuk akomodasi, makanan dan perjalanan. Sekitar setengah dari tenaga kerja UE beralih ke telework, sementara pekerja berpendidikan lebih tinggi di pusat kota cenderung mempertahankan pekerjaan mereka. Hal ini semakin memperburuk ketidaksetaraan.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler