AstraZeneca Kembali Pangkas Pasokan Vaksin untuk Uni Eropa

AstraZeneca menargetkan pengiriman 100 juta vaksin pada paruh pertama 2021.

AP/Valentina Petrova
Botol vaksin Oxford-AstraZeneca. Ilustrasi
Rep: Idealisa Masyafarina Red: Yudha Manggala P Putra

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perusahaan farmasi AstraZeneca kembali memangkas pasokan vaksin Covid-19 yang dikirim ke Uni Eropa. Langkah itu dikatakan menyusul pembatasan ekspor vaksin mereka.

"AstraZeneca menyesal mengumumkan pengurangan pengiriman vaksin Covid-19 ke Uni Eropa meskipun bekerja tanpa lelah untuk mempercepat pasokan, "kata seorang juru bicara AstraZeneca pada AFP dilansir di Euronews, Ahad (14/3).

Dihadapkan dengan kesulitan produksi, perusahaan farmasi tersebut telah memutuskan untuk menggunakan lokasi produksinya di luar UE untuk melakukan pengiriman ke blok tersebut. "Sayangnya pembatasan ekspor akan mengurangi pengiriman pada kuartal pertama dan kemungkinan pada kuartal kedua," kata dia.

Perusahaan menargetkan untuk memberikan 100 juta dosis di paruh pertama tahun ini. Sebanyak 30 juta di kuartal pertama dan 70 juta di kuartal kedua.

Komisi Eropa, yang merundingkan kontrak vaksin atas nama 27 negara anggotanya, telah banyak dikritik karena pengiriman yang lambat di Eropa. Komisi itu menargetkan memvaksinasi 70 persen warga pada akhir musim panas.


AstraZeneca mengumumkan pada akhir Januari bahwa mereka hanya akan dapat mengirimkan 40 juta dosis ke EU27 pada kuartal pertama tahun ini dari 120 juta yang telah dijanjikan pada awalnya. Alasanya karena kesulitan produksi di pabrik Belgia.

Denmark dan Norwegia adalah negara terbaru yang menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca di tengah laporan pembekuan darah pada beberapa orang yang menerima suntikan.

Otoritas kesehatan mengatakan itu adalah langkah yang diambil sebagai tindakan pencegahan tanpa hubungan langsung antara gumpalan dan suntikan.

Tetapi ini menjadi publisitas yang lebih negatif lagi untuk AstraZeneca, perusahaan farmasi multinasional Swedia-Inggris. Sebelumnya AstraZeneca sudah mendapat sorotan atas penundaan produksi vaksin dan kemanjuran suntikannya, yang diproduksi bersama Universitas Oxford.

Badan Obat-obatan Eropa (EMA) mengatakan pada hari Rabu bahwa saat ini tidak ada bukti yang menghubungkan vaksin dengan penyakit yang dikembangkan oleh dua orang di Austria yang telah diinokulasi.

Otoritas kesehatan Austria telah menangguhkan penggunaan sejumlah vaksin AstraZeneca Minggu lalu setelah seorang wanita berusia 49 tahun meninggal akibat trombosis (pembentukan gumpalan darah di dalam pembuluh darah), 10 hari setelah diberikan suntikan.

Seorang pria berusia 35 tahun juga dirawat di rumah sakit karena emboli paru setelah menerima vaksin dari kelompok yang sama. Estonia, Lituania, Luksemburg, Latvia juga menangguhkan penggunaan suntikan

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler