Anak yang Kecanduan Games di RSJ Jabar Didominasi Laki-Laki
Penanganan kecanduan games perlu kolaborasi profesional kesehatan jiwa dan keluarga.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Anak yang mengalami kecanduan games dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua, Jawa Barat, didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Sepanjang 2020, RSJ Cisarua menangani delapan pasien kecanduan games dengan usia 9 sampai 15 tahun.
Psikiater Spesialis Anak dan Remaja Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Jawa Barat dr Lina Budiyanti mengatakan, mayoritas pasien didominasi jenis kelamin laki-laki, yakni tujuh orang. "Jenis kelamin, waktu wawancara kebanyakan laki-laki," ujarnya, Ahad (21/3).
Pada periode Januari hingga Maret 2021, RSJ Cisarua menangani sembilan pasien kecanduan games dengan usia 13 sampai 16 tahun. Dari angka tersebut, delapan anak berjenis kelamin laki-laki dan satu anak berjenis kelamin perempuan.
Angka pasien yang bermasalah dengan kejiwaan dan terdampak kecanduan games lebih banyak lagi. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua, Jawa Barat, telah menangani 100 lebih pasien yang bermasalah dengan kejiwaan dan terdampak kecanduan games.
Soal perawatan pasien, ia melanjutkan, proses penyembuhan anak-anak menjalani rawat jalan tergantung tingkat kecanduannya. “Pada awal-awal pengobatan bisa saja naik turun kondisinya. Namun, pada umumnya jika konsisten terus pengobatannya dan pola asuhnya jadi lebih baik pada umumnya terus membaik," katanya.
Ia menambahkan, penanganan untuk kecanduan games, gawai, dan internet memerlukan kolaborasi antara para profesional di bidang kesehatan jiwa dan keluarga. Terapi yang diberikan, yaitu konseling, psikoterapi, dan obat untuk pasien dengan gejala gangguan jiwa berat.
Lina mengatakan orang tua harus bisa menggunakan teknologi dalam memantau penggunaan gadget atau internet di antaranya dengan parental lock. "Untuk pencegahan beberapa hal yang bisa dilakukan membatasi pemakaian gadget, internet, atau game untuk anak, yaitu tidak lebih dari 2 jam. Mendorong anak menggunakan internet untuk hal yang produktif, mendorong anak untuk melakukan kegiatan lain khususnya kegiatan fisik dan aktivitas lain di luar rumah, mengurangi akses terhadap dengan menjauhkan gadget saat di tempat tidur," katanya.