Asosiasi Uighur Desak Blinken Tuntut China Tutup Kamp
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kelompok terbesar yang mewakili etnis Uighur yang diasingkan telah menulis kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. Dalam surat tersebut, Asosiasi Muslim Uighur meminta Blinken mendesak China menutup kamp-kamp tahanan di Xinjiang.
Surat tersebut disampaikan kepada Blinken sebelum ia dan penasihat keamanan nasional Jake Sullivan bertemu dengan diplomat tinggi China Yang Jiechi dan Penasihat Negara Wang Yi di Alaska. Ini merupakan pertemuan pertama sejak Joe Biden menjadi Presiden AS.
Dalam surat tersebut, Presiden Kongres Uighur Dunia Dolkun Isa mengatakan yang pertama dan terpenting, menuntut China segera dan tanpa syarat mengakhiri genosida yang sedang berlangsung dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Turkestan Timur.
"Ini termasuk China menutup semua kamp interniran dan membebaskan tanpa syarat semua yang ditahan secara sewenang-wenang. Mereka (orang Uighur) menyebut Xinjiang sebagai Turkestan Timur dan kelompok tersebut menggunakan ejaan yang berbeda untuk kata Uighur," katanya dalam surat dari basis kelompoknya di Muenchen, Jerman, Sabtu (20/3).
Isa mengatakan China juga harus mengakhiri kerja paksa di Xinjiang dan wilayah lain dan mengizinkan pengawas PBB untuk menyelidikinya. Duta Besar China untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, Chen Xu mengatakan kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB tidak ada alasan mendasar atas tuduhan genosida.
"Hari ini, Xinjiang dan Tibet menikmati kemakmuran dan stabilitas. Tidak ada yang lebih absurd untuk menyematkan label 'genosida' pada China, dan upaya ini tidak akan berhasil," ucap Chen Xu.
Menurutnya, semua orang yang menghadiri kompleks tersebut telah lulus dan pulang. Akses dibatasi dan tidak mungkin memverifikasi pernyataan China secara independen.
Blinken sebelumnya telah menuduh China melakukan paksaan dan agresi di dalam dan di sekitar wilayah Xinjiang. China dengan tegas selalu menolak tuduhan AS bahwa mereka telah melakukan genosida terhadap etnis dan agama minoritas, dan mengatakan kamp tersebut memberikan pelatihan untuk membantu membasmi ekstremisme dan separatisme.
Aktivis dan pakar PBB menyatakan lebih dari satu juta Muslim Uighur dan Muslim Turki lainnya ditahan di kamp-kamp yang keras di wilayah barat yang terpencil di China.