Kemenkes Akui Vaksinasi Covid-19 bagi Lansia Berjalan Lambat

Vaksinasi Covid-19 lansia lambat karena sebagian kesulitan akses mendaftar vaksin

Antara/Muhammad Iqbal
Petugas Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama menyuntikan vaksin COVID-19 kepada seorang warga lansia saat pelaksanaan vaksinasi COVID-19 jemput bola di rumah seorang warga Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (30/3). Vaksinasi Covid-19 lansia lambat karena sebagian kesulitan akses mendaftar vaksin
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia telah memulai vaksinasi Covid-19 tahap II untuk kelompok sasaran lanjut usia (lansia) dan petugas pelayanan publik. Kendati demikian, proses vaksinasi untuk lansia berjalan lambat, baru sekitar 1,5 juta yang divaksin dari target 21,6juta lansia.

Baca Juga


"Memang proses vaksinasi Covid-19 pada lansia di tahap II masih lambat. Dari target 21,6 juta kelompok sasaran lansia, saat ini baru sekitar 1.560.000 lansia yang telah divaksin," ujar Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu saat konferensi virtual KPCPEN bertema "Partisipasi Lansia, Tugas Bersama", Selasa (31/3).

Ia mengakui, alur vaksinasi untuk kelompok ini memang agak lambat bahkan kalah dari petugas pelayanan publik. Kemenkes mencatat petugas pelayanan publik yang sudah divaksin hampir 5 juta, sedangkan lansia baru sekitar 1,5 juta. Bahkan, baru 25 persen lansia di 466 kabupaten/kota yang telah divaksin. 

"Ini cukup besar sekali," ujarnya.

Sebenarnya, dia melanjutkan, kemauan lansia untuk mendapatkan vaksinasi ini sangat besar, namun keterbatasan menghalangi bisa mendapatkannya. Ia menyebutkan, kendala yang dihadapi diantaranya sulit mengakses pendaftaran vaksin yang berbasis sistem teknologi informasi (IT).

Selain itu, dia melanjutkan, seringkali lansia ini merasakan kesulitan ke fasilitas kesehatan menggunakan alat transportasi. Sebab, seringkali lansia tidak bisa ke fasilitas kesehatan karena anaknya sibuk kerja sehingga tidak ada yang mengantar.

 

Terakhir adalah masalah ekonomi yaitu tidak ada uang transportasi juga jadi salah satu hambatan. Menurutnya, untuk mengatasi persoalan-persoalan ini adalah dibutuhkan komitmen pemerintah daerah (pemda), terutama untuk membantu akses lansia ke tempat-tempat vaksinasi.

Oleh karena itu, ia mengapresiasi pemerintah kabupaten/kota di DKI Jakarta yang bergerak ke masing-masing pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Bahkan, dia melanjutkan, camat dan lurah terlibat dalam memobilisasi lansia. 

"Itu satu hal yang sangat baik dan perlu dicontoh daerah lainnya," ujarnya. 

Ia meminta pemerintah daerah jajaran kecamatan, pedesaan perlu memperhatikan bagaimana memprioritaskan lansia untuk datang ke tempat-tempat ataupun membuka pos pelayanan kesehatan. Upaya percepatan ini penting dilakukan karena cakupan vaksinasi untuk lansia di 400 kabupaten/kota masih dibawah 50 persen.

Selain meminta pemda terlibat, dia melanjutkan, Kemenkes juga telag membuka sentra vaksinasi di kota-kota besar dan punya dampak yang besar. "Selain itu, kami membuat kebijakan satu orang yang berusia muda bisa membawa dua lansia yang bisa disuntik. Sebelumnya kami sudah lakukan pada satu sopir bawa dua lansia dan saya kira itu bagus," katanya.

Tak hanya anak muda, Kemenkes juga memberlakukan untuk para teller bank. Artinya satu teller bisa membawa orang tuanya yang lansia, baik nenek atau tetangga atau nasabah. 

 

"Itu juga jadi strategi kita untuk mempercepat vaksinasi lansia. Mudah-mudahan bisa ke daerah," ujarnya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler