Desainer China Kampanye Kapas Xinjiang Lewat Fashion Week

Xinjiang dilaporkan menggunakan program kerja paksa untuk memenuhi pasokan kapas

Reuters/Thomas Peter
Pagar penjagaan di kamp penahanan, yang secara resmi disebut pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Desainer Zhou Li menggaungkan kampanye kapas Xinjiang melalui ajang China Fashion Week. Zhou naik ke atas panggung dengan membawa satu buket tanaman kapas, diiringi dengan tepuk tangan meriah setelah pertunjukan busananya.  

Baca Juga


"Kapas Xinjiang adalah kesukaan saya, kecintaan saya, saya sangat bersyukur karena kapas ini telah membawa kebahagiaan," ujar Zhou. 

Zhou adalah desainer dan pendiri merek fashion China, Sun-Bird. Dia adalah pendukung gerakan boikot terhadap beberapa merek pakaian Barat. Sejumlah merek pakaian Barat dan aparel olah raga telah diboikot di China karena menyuarakan keprihatinan terhadap dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang, termasuk dugaan kerja paksa dalam industri kapas di wilayah tersebut. 

Zhou mengatakan, busana yang dirancangnya dan dipamerkan di ajang China Fashion Week pada Selasa (30/3) dibuat dengan menggunakan kapas dari Xinjiang. Oleh karena itu, Zhou menyebut busana rancangannya sangat eksklusif. 

"Untuk desain China kami, saya menyatakan dukungan kepada Xinjiang," ujar Zhou.

Xinjiang memproduksi sekitar 20 persen kapas dunia. Amerika Serikat (AS) sebelumnya telah menghentikan impor kapas dari Xinjiang. Beberapa peneliti dan anggota parlemen di sejumlah negara mengatakan, otoritas Xinjiang menggunakan program kerja paksa untuk memenuhi kebutuhan pemetikan kapas musiman. 

 

China membantah keras klaim tersebut, dan mengatakan semua tenaga kerja di Xinjiang adalah berdasarkan kesepakatan dan kontrak. Seorang siswa bermarga Li yang hadir dalam China Fashion Week menepis dugaan bahwa pemerintah China telah menggunakan kerja paksa dalam industri kapas di Xinjiang.

"Saya tidak percaya Partai Komunis China kami akan melakukan hal seperti itu. Bangsa kita sangat bersatu," ujar siswa bermarga Li tersebut.

Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris dan Kanada pekan lalu menjatuhkan sanksi kepada pejabat China. Mereka menuduh pejabat China melakukan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. China membalasnya dengan menjatuhkan sanksi terhadap anggota parlemen dan akademisi dari negara-negara tersebut.

Sejumlah merek Barat seperti H&M, Burberry, Adidas, dan Nike diboikot oleh konsumen China setelah melontarkan komentar terkait dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. Perusahaan telekomunikasi besar China, Huawei telah menghapus aplikasi Nike dan Adidas dari app store mereka. Bahkan pencarian terhadap produk-produk yang terkena boikot telah dihapus dari internet. 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler