Panglima: Tak Ada Tempat untuk Terorisme di Tanah Air
Panglima meminta semua pihak bahu membahu dalam memerangi terorisme.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, menyatakan, semua pihak harus bahu-membahu memerangi ideologi kekerasan di Indonesia. Menurutnya, tidak ada tempat bagi terorisme di tanah air.
“Sebagaimana ditekankan oleh Presiden bahwa tidak ada tempat bagi terorisme di tanah air, sehingga kita harus bahu-membahu untuk memerangi ideologi kekerasan di Indonesia," ujar Hadi saat meninjau langsung pengamanan yang dilakukan personel gabungan dari TNI dan Polri di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (02/04).
Panglima TNI menyampaikan, negara menjamin kebebasan setiap pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah sesuai keyakinan dan kepercayaannya masing-masing. Aparat keamanan akan melakukan pengamanan di tempat-tempat ibadah untuk memberikan keyakinan dan rasa aman kepada umat dalam beribadah.
"Pengamanan yang dilaksanakan oleh TNI dan Polri di gereja-gereja di seluruh Indonesia adalah untuk memberikan keyakinan dan rasa aman kepada umat dalam beribadah, khususnya menjelang Paskah pada minggu yang akan datang," kata dia.
Menurut dia, hal tersebut didasari oleh perintah Presiden Joko Widodo, yakni TNI dan Polri akan meningkatkan pengamanan tempat-tempat peribadatan menjelang Paskah dan saat pelaksanaan Paskah. Itu dilakukan untuk mencegah terjadinya insiden serangan teroris dan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Kita semua berharap agar perayaan Paskah di seluruh Indonesia dapat berjalan dengan aman dan damai,” kata Hadi.
Hal tersebut dilakukan Panglima TNI, semata hanya untuk memberikan rasa aman dan nyaman tanpa kekhawatiran bagi masyarakat yang akan beribadah menyambut suka cita hari Paskah 2021. Adapun Jumlah total pasukan gabungan TNI-Polri yang bertugas melaksanakan pengamanan sejumlah 2901 personel, TNI 1.001 orang dan Polri 1.900 orang.
Sebelumnya, pemerintah meminta aparat keamanan untuk meningkatkan pengamanan di rumah-rumah ibadah pascakejadian ledakan bom di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kepada para tokoh agama, pemerintah meminta mereka untuk menenangkan masyarakat.
"Pemerintah juga sudah meminta kepada aparat keamanan, yakni Polri dan TNI untuk meningkatkan pengamanan di rumah-rumah ibadah, di pusat-pusat keramaian dan di berbagai wilayah publik lainnya di seluruh Indonesia," ujar Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD, dalam konferensi pers di kantornya, Ahad (28/3).
Dia kemudian meminta seluruh warga masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh dengan teror bom yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut. Menurut Mahfud, teror sengaja dilakukan untuk menciptakan suasana gaduh dan ketakutan di tengah masyarakat.
"Dan kepada tokoh-tokoh agama, masyarakat, dan tokoh adat agar ikut pula menenangkan dan menciptakan suasana yang aman, dan kerukunan di tengah-tengah masyarakat. Mari kita jaga persatuan sebab terorisme merupakan musuh semua agama," kata dia.
Mahfud juga mengatakan, apa yang terjadi dan dilakukan oleh pelaku bukan merupakan bagian dari perjuangan agama dan tidak mewakili agama apa pun. Menurut dia, tindakan itu betul-betul teror seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 dan merupakan musuh bagi kemanusiaan. "Kalau pelakunya mengatasnamakan perjuangan agama tertentu berarti dia telah beragama secara salah. Agama apa pun karena semua agama itu pasti pro-kemanusiaan dan anti-terorisme di dalam menyelesaikan berbagai persoalan," jelas dia.
Tapi, kata Mahfud, kejadian kali ini belum tentu sang pelaku mengatasnamakan agaman tertentu. Bisa pula itu merupakan upaya adu domba yang dilakukan oleh pihak tak bertanggung jawab di tengah masyarakat. "Seakan-akan kelompok tertentu sedang menyerang atau tidak suka kelompok lain atas ikatan primordial, entah itu agama, entah itu suku, entah itu ras. Bisa itu upaya adu domba," kata Mahfud.