Presiden Palestina Terbang ke Jerman untuk Periksa Kesehatan
Beberapa hari terakhir, Abbas menghadiri acara publik dan tak ada indikasi sakit
REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas terbang ke Jerman pada Senin (5/4) untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Dalam beberapa hari terakhir, Abbas menghadiri acara publik dan tidak ada indikasi bahwa dia sakit.
Abbas telah menerima dosis pertama vaksin virus corona bulan lalu. Abbas telah lama mengalami gangguan kesehatan. Dia pernah dirawat di rumah sakit karena pneumonia pada 2018.
Abbas yang merupakan seorang perokok berat juga pernah dirawat di rumah sakit Amerika Serikat pada tahun yang sama. Ketika itu, dia melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk berpidato di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sebelum pergi ke Jerman, Abbas terbang dengan helikopter Yordania dari kompleks kepresidenan al-Muqata'a di kota Ramallah di Tepi Barat yang diduduki ke ibu kota Yordania, Amman. Setibanya di Amman, dia memberikan komentar singkat tentang peristiwa baru-baru ini yang mengguncang politik Yordania dan menegaskan dukungannya kepada Raja Abdullah II.
"Ketika peristiwa ini terjadi, kami melihat seluruh dunia tanpa kecuali, berdiri di dekat Yordania dan Yang Mulia, dan ini adalah bukti dari rasa hormat yang besar dan minat yang besar di negara yang damai dan aman ini," kata Abbas dalam sambutan yang disiarkan televisi, dilansir Aljazirah, Selasa (6/4).
Kunjungan Abbas ke Jerman terjadi kurang dari dua bulan sebelum pemilihan umum Palestina pertama dalam 15 tahun akan berlangsung. Pemilihan legislatif dijadwalkan pada 22 Mei, dengan pemilihan presiden ditetapkan pada 31 Juli.
Abbas terpilih sebagai presiden Otoritas Palestina dalam pemungutan suara terakhir pada 2005 setelah kematian Yasser Arafat. Abbas sejauh ini belum menyatakan apakah dia akan mencalonkan diri lagi.
Abbas tidak pernah memilih penggantinya dan beberapa anggota senior dari faksi Fatah diyakini mengincar posisi tersebut. Fatah, menghadapi tantangan internal dari faksi-faksi pembangkang, termasuk Freedom List, yang dipimpin oleh Nasser al-Qudwa, keponakan almarhum Arafat.
Faksi-faksi politik Palestina, yaitu Hamas dan Fatah sepakat menggelar pemilu legislatif dan presiden seperti yang sudah dijadwalkan Presiden Mahmoud Abbas. Hal itu disimpulkan dalam pertemuan dua hari di Kairo, Mesir, pada 8 dan 9 Februari lalu.
Seperti dilaporkan laman kantor berita Palestina WAFA, dalam sebuah pernyataan bersama yang dirilis usai pertemuan, para faksi Palestina mengatakan mereka akan mematuhi jadwal yang ditetapkan untuk pemilu legislatif dan presiden. Mereka berjanji menghormati dan menerima hasil pemilu.
Para faksi Palestina juga sepakat membentuk Pengadilan Kasus Pemilu berdasarkan konsensus dan akan melibatkan hakim dari Yerusalem, Tepi Barat serta Jalur Gaza. Pengadilan itu bertanggung jawab memantau semua hal yang berkaitan dengan proses pemilu, hasil pemilu, dan persoalan terkait lainnya. Presiden Palestina akan mengeluarkan keputusan presiden untuk pembentukannya dan menentukan fungsinya berdasarkan konsensus serta sesuai hukum.
Faksi-faksi Palestina juga setuju mengizinkan kebebasan berekspresi dan pembebasan segera semua tahanan yang ditahan atas dasar faksi mereka atau untuk alasan kebebasan berpendapat. Mereka sepakat menjamin hak kerja politik dan nasional untuk semua faksi Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Mereka meminta Presiden Abbas untuk mengeluarkan keputusan yang mengikat tentang hal ini dan membentuk komite pemantau nasional buat menindaklanjuti pelaksanaannya. Para faksi Palestina turut menyerukan diakhirinya semua masalah politik dan sosial yang dihasilkan dari perpecahan.