AS tak Menarget Ada Solusi dalam Pembicaraan dengan Iran

AS memprediksi pembicaraan mengenai nuklir Iran akan berlangsung alot

AP/Florian Schroetter
Anggota delegasi meninggalkan mobil mereka saat mereka tiba di depan Grand Hotel Wien di Wina, Austria, Selasa, 6 April 2021. Pejabat kementerian luar negeri dari negara-negara tersebut masih dalam kesepakatan, yang disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama, bertemu di Wina untuk mendorong upaya membawa Amerika Serikat kembali ke kesepakatan 2015 tentang program nuklir Iran.
Rep: Puti Almas Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah menunggu pembicaraan tidak langsung dengan Iran pada Selasa (6/4) mengenai kesekapatan nuklir 2015. 

Baca Juga


Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price ada beberapa hal terkait kesepakatan nuklir Iran pada 2015 yang menjadi sulit bagi masing-masing pihak. Pembicaraan tidak langsung antara para pejabat kedua negara dijadwalkan diselenggarakan di Ibu Kota Wina, Austria, dengan pejabat Eropa bertindak sebagai perantara.

“Ini adalah hari-hari awal. Kami tidak mengantisipasi terobosan awal atau segera karena diskusi ini kami perkirakan sepenuhnya akan sulit,” ujar Price, dilansir The Arab Weekly, Selasa (6/4).

Pembicaraan tidak langsung AS dan Iran diharapkan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015, di mana sanksi ekonomi terhadap Iran akan dikurangi dengan imbalan berupa pembatasan program nuklir negara itu. Utusan khusus AS untuk Iran, Rob Malley akan memimpin delegasi di Wina. 

Malley mengatakan jika salah satu pihak mengambil posisi maksimal dan mengatakan bahwa pihak lain harus melakukan semuanya terlebih dahulu sebelum bergerak, maka akan sulit untuk melihat bagaimana ini berhasil. Kesepakatan nuklir tersebut, yang secara resmi dinamai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), disepakati oleh Iran dan enam negara yaitu Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan AS.

AS menarik diri dari kesepakatan tersebut di era kepemimpinan mantan presiden Donald Trump. Hal itu membuat sanksi terhadap Iran kembali diberlakukan, sehingga negara Timur Tengah itu melanggar beberapa pembatasan yang ada dalam ketentuan sebagai langkah balasan. 

 

Pemerintah AS yang dipimpin Presiden Joe Biden saat ini tetap mempertahankan sanksi untuk Iran. Namun, dalam sebuah pernyataan, disebutkan bahwa Washington ingin masing-masing pihak kembali mematuhi JCPOA, tetapi dengan negosiasi dilakukan terlebih dahulu. 

Iran telah menetapkan langkah keras dengan mengatakan bahwa ingin AS mencabut semua sanksi dan menolak setiap pelonggaran pembatasan. Kementerian Luar Negeri negara itu bahkan menyebut bahwa Malley harus meninggalkan Wina dengan ‘tangan kosong’ jika pertemuan tidak menghasilkan kesepakatan pencabutan sanksi.

"Malley harus meninggalkan Wina dengan tangan kosong jika pertemuan tidak menghasilkan apa pun selain pencabutan semua sanksi AS," kata seorang sumber yang dekat dengan tim negosiasi Iran kepada Press TV.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler