24 Ilmuwan Tuntut Penyelidikan Asal Usul Covid-19 oleh WHO

Ilmuwan menilai ada 12 kesalahan yang bisa diberdebatkan soal asal usul virus.

AP / Ng Han Guan
Seorang anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia terlihat mengenakan alat pelindung selama kunjungan lapangan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Hubei untuk kunjungan lapangan satu hari lagi di Wuhan di provinsi Hubei China tengah Selasa, 2 Februari 2021. Tim WHO sedang menyelidiki asal muasal pandemi virus corona telah mengunjungi dua pusat pengendalian penyakit di provinsi tersebut.
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 24 ilmuwan mengeluarkan surat terbuka yang menuntut penyelidikan penuh terhadap asal-asul infeksi virus corona jenis baru (COVID-19). Di dalam tuntutan itu mencakup pemeriksaan menyeluruh terhadap kemungkinan virus berasal dari laboratorium di Wuhan, Cina.

Menurut kelompok ilmuwan tersebut, laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyimpulkan hipotesis kebocoran virus dari laboratorium sangat tidak mungkin, adalah sesuatu yang masih gagal mencapai beberapa standar paling dasar dari analisis dan penilaian yang kredibel. Mereka mencatat bahwa laporan ini memiliki setidaknya 12 kesalahan yang bisa diperdebatkan, termasuk juga pernyataan kontradiktif dan tidak tepat.

“Lebih dari setahun setelah wabah awal COVID-19, catatan kritis dan sampel biologis yang dapat memberikan wawasan penting tentang asal-usul pandemi tetap tidak dapat diakses. Pemotongan sumber daya utama yang dapat dan seharusnya tersedia ini merusak kredibilitas kerja tim studi bersama,” ujar tim ilmuwan dalam surat terbuka untuk WHO, dilansir NTD, Kamis (8/4).

Para ilmuwan mengatakan penyelidikan terbaru harus dilakukan dengan menghapus hak veto Pemerintah China dan negara lainnya. Menurut mereka, Beijing memiliki hak veto atas penyelidikan asal usul COVID-19.

Para ilmuwan juga menandai beberapa komentar dari peneliti asal Cina, Shi Zhengli yang mengecilkan teori kebocoran virus dari laboratorium. Salah satunya mengenai bahwa seluruh pekerja di sana mengenakan alat perlindungan diri yang lengkap (APD), namun dalam beberapa bukti menunjukkan penggunaan APD yang terbatas.

Para ilmuwan tidak sendirian dalam meminta penyelidikan baru tentang asal-usul pandemi. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada 30 Maret, misi organisasinya di Wuhan tidak cukup menyelidiki teori kebocoran laboratorium dan mengatakan studi lebih lanjut diperlukan.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) juga mengeluarkan pernyataan bersama dengan 13 negara demokrasi pada 30 Maret yang mengungkapkan keprihatinan atas penyelidikan asal-usul COVID-19 oleh WHO. Dalam pernyataan, disebutkan bahwa negara itu mendukung analisis dan evaluasi yang transparan dan independen, serta bebas dari pengaruh yang tidak semestinya.

“Dalam hal ini, kami ikut mengungkapkan keprihatinan bersama mengenai studi yang diadakan WHO baru-baru ini di China,” jelas pernyataan dari Departemen Luar Negeri AS.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler