WHO Soroti Ada Negara yang Belum Punya Akses Vaksin Covid-19
Presiden Namibia mengecam "apartheid vaksin" yaitu tidak adilnya akses vaksin
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyoroti masih adanya sejumlah negara yang belum memiliki cukup akses terhadap vaksin Covid-19. Dia menyebut hal itu sebagai parodi.
“Peningkatan produksi dan distribusi yang adil tetap menjadi penghalang utama untuk mengakhiri tahap akut pandemi Covid-19. Merupakan parodi bahwa di beberapa negara pekerja kesehatan dan kelompok berisiko tetap sama sekali tidak divaksinasi," kata Ghebreyesus pada Selasa (6/4).
Presiden Namibia Hage Geingob adalah salah satu dari beberapa pemimpin dunia yang diundang untuk berpidato di konferensi pers Hari Kesehatan Dunia WHO. Pada kesempatan itu dia mengecam "apartheid vaksin", yakni situasi ketika beberapa negara telah melakukan vaksinasi, sementara yang lainnya harus menunggu.
Geingob mengatakan Namibia telah memperoleh vaksin dari China dan India. Namun, mereka masih menunggu vaksin lainnya meskipun telah membayar deposit. Ghebreyesus mengatakan Namibia akan menerima sejumlah vaksin dari Covax, yakni program yang dipimpin WHO dan bertujuan menyediakan vaksin bagi negara berpenghasilan rendah serta menengah.
Sebelumnya, Kantor WHO Afrika telah menyerukan akses vaksin yang adil. Hal itu agar cakupan vaksinasi di benua tersebut dapat diperluas. Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti mengatakan Afrika sangat membutuhkan lebih banyak vaksin. Selain karena mulai melambatnya pengiriman, stok awal vaksin yang diterima beberapa negara Afrika hampir habis.
"Perlambatan pasokan vaksin dapat memperpanjang perjalanan menyakitkan untuk mengakhiri pandemi ini bagi jutaan orang di Afrika," kata Moeti dalam sebuah konferensi pers virtual pada 25 Maret lalu.
Dia kembali menekankan bahwa upaya memperoleh vaksin tidak boleh menjadi kompetisi. "Akses yang adil akan menguntungkan semua dan bukan hanya sebagian dari kita," ujarnya.
Namun, Moeti mengisyaratkan bahwa dia melihat adanya kompetisi. "Sementara beberapa negara berpenghasilan tinggi berusaha untuk memvaksinasi seluruh populasi mereka, banyak di Afrika berjuang untuk cukup melindungi, bahkan kelompok berisiko tinggi mereka," ucapnya.
Menurut WHO, sejauh ini 44 negara Afrika telah menerima vaksin melalui fasilitas Covax atau melalui sumbangan dan perjanjian bilateral. Sebanyak 32 negara di antaranya telah memulai vaksinasi. "Vaksin tetap menjadi cara kami yang paling pasti untuk mengatasi pandemi ini," kata Richard Mihigo, koordinator program imunisasi dan pengembangan vaksin untuk WHO Afrika.