DPO Terduga Teroris dan Seragam FPI Vs Teori Munarman
Polisi saat ini memburu tiga DPO terduga teroris yang tinggal di wilayah Jakarta.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan. A, Rizky Suryarandika
Salah satu terduga teroris yang masuk daftar pencarian orang (DPO) Densus 88 Anti Teror Polri adalah pria berinisial NF (35 tahun) yang beralamat di Kelurahan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Warga setempat menyebut NF adalah sosok yang terbuka, humoris, dan sekaligus tegas jika terkait persoalan agama.
Ketua RT setempat, Budianto (51), mengenal sosoknya karena NF sejak kecil hingga dewasa dirawat dan tinggal di rumah kakek-neneknya. Rumah tempat NF tumbuh dewasa itu hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah Budianto.
"Masa kecil dan besarnya di sini, ya orang Betawi kan, dia baik. Agamanya bagus. Silaturahminya bagus, tidak pernah bermusuhan, tidak pernah konflik," kata Budianto di rumahnya, Rabu (7/4) malam.
NF semasa tinggal di Tanjung Barat dikenal sebagai sosok yang humoris. Ia kerap melemparkan candaan ketika nongkrong dengan teman-teman seumurannya di Tanjung Barat.
NF juga aktif membantu kegiatan masyarakat. Misalnya membantu panitia kegiatan maulid nabi dan perayaan kemerdekaan Indonesia. Singkatnya, di mata Budianto, NF adalah sosok yang baik.
Terkait pekerjaan, NF tak banyak pantangan. Sebelum pandemi Covid-19 melanda, kata Budianto, NF bekerja sebagai debt colector atau penagih utang. Saat pandemi mulai bergejolak, NF sempat jualan ikan cupang dan jualan telur ayam.
Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya menyebut NF sebagai sosok yang terbuka. Mudah bergaul. "Sampai menikah dia kan di sini. Dia akrab sama warga," ujar perempuan itu.
Setelah kakek-neneknya meninggal, NF kemudian menikah. Ia lantas pindah domisili ke kediaman istrinya di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sekitar lima tahun lalu.
Meski sudah pindah, kata Budianto, NF sesekali masih mengunjungi rumah masa kecilnya yang kini dihuni paman dan bibinya itu. Ada kalanya juga NF mendatangi Tanjung Barat untuk berkumpul dengan teman-teman sebayanya.
Budianto mengaku sempat beberapa kali ikut nimbrung ketika NF nongkrong bersama kawan sebayanya. Budianto masih melihat sosok NF yang membaur dan humoris. Bedanya hanya sikap NF jika menyangkut persoalan agama.
"Memang kalau secara tipikal, dia orangnya tegas. Sejak beliau pindah, kalau soal agama jadi agak tegas. Kritis lah gitu," kata Budianto.
Budianto lantas menyebut bahwa NF terkait dengan Ormas Front Pembela Islam (FPI) sejak pindah domisili. Pada 2016 silam, NF pernah datang ke Tanjung Barat mengenakan seragam laskar FPI.
"Saya pernah lihat dia pakai seragam FPI yang putih-putih, sepatu putih, dan baret putih itu. Tapi saya tidak tahu apakah dia anggota atau simpatisan saja yang membeli semua atribut itu sendiri," ujarnya.
Budianto mengaku hanya sekali itu saja melihat NF menggunakan atribut FPI di lingkungan RT setempat. Ia juga tak pernah menanyakan langsung kepada NF apakah dia memang anggota FPI atau hanya simpatisan.
Kendati tegas dan pernah tampak mengenakan seragam FPI, Budianto tak pernah melihat adanya ciri-ciri seseorang yang radikal maupun ekstrem pada diri NF. Ketika nongkrong dengan kawan sebayanya, NF tidak pernah membahas hal-hal yang bersifat radikal.
"Kalau dari kesehariannya nggak ada yang aneh, nggak ada yang mencurigakan. Dia juga tidak ada ngomong bahas hal-hal yang sifatnya ekstrem," ungkap Budiono.
Selain itu, lanjut dia, NF juga tak pernah membuat story WhatsApp yang bersifat radikal dan ekstrem. Isi story WA-nya hanya seputar keluarga dan promosi barang dagangannya.
In Picture: Suasana Sekretariat FPI Pascapembubaran oleh Pemerintah
Kabar tersebar
Ketika menerima kabar bahwa NF jadi DPO kasus terorisme pada Selasa (6/4) malam, Budianto mengaku kaget. Ia merasa tak percaya bahwa sosok yang dikenalnya bersifat baik itu kini diburu aparat.
Sejumlah warga setempat juga kaget dan menanyakan kebenaran informasi itu kepada Budianto. Selaku ketua RT, Budianto sempat hendak mengkonfirmasi informasi itu langsung ke NF.
"Nomornya sekarang enggak aktif. Rencana sempet mau WA dia, tapi sudah tidak aktif sejak Senin. Saya terakhir ketemu dia itu pada Februari 2021 ketika NF mengambil bantuan sosial tunai (BST)," kata dia.
Meski sudah pindah domisili, NF masih tercatat secara administratif sebagai warga Tanjung Barat. Kini, Budianto tak tahu entah di mana keberadaan NF. Ia juga enggan menanyakan langsung kepada paman dan bibinya. Sebab, persoalan NF jadi DPO terduga teroris adalah perkara sensitif.
Sebelumnya, Selasa (6/4), beredar sebuah poster digital yang berisikan nama-nama DPO terduga teroris. Terdapat tiga nama DPO yang dilengkapi dengan pelanggaran hukum yang dilakukan dan alamat masing-masing.
Ketiga terduga teroris tersebut adalah di YI alias Jr (53) yang beralamat di Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Lalu NF (35) di Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Terakhir, ARH (48) di Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Kabag Penum Mabes Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan membenarkan tiga terduga teroris tersebut tengah diburu oleh Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri. "Bahwa tiga DPO itu benar adalah DPO Densus 88 Antiteror Polri," ujar Ramadhan saat dikonfirmasi, Rabu (7/4).
Selain tiga DPO itu, Densus 88 sudah menangkap satu terduga lain dengan inisial AN. Menurut Ramadhan, mereka terkait dengan empat terduga teroris yang telah lebih dulu ditangkap Densus 88 di wilayah Condet, Jakarta Timur, Bekasi, dan Jakarta Barat, pada akhir Maret 2021.
Ramadhan mengatakan, pengembangan operasi pencegahan dan penanganan terorisme di wilayah Jakarta telah dilakukan penangkapan oleh Tim Densus 88 Anti Teror terhadap 10 orang tersangka. "Sehingga sampai saat ini di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya sudah 10 tersangka terorisme ditangkap oleh Densus 88," kata Ramadhan.
Respons Munarman
Eks Sekertaris Umum FPI Munarman berpendapat, ada upaya rekonstruksi sosial yaitu membangun dan menciptakan realitas-realitas rekayasa untuk mengaburkan realitas yang sesungguhnya. Menurut Munarman, hal ini pada gilirannya ditujukan untuk mengendalikan pikiran khayalak sesuai dengan apa yang dimaui oleh penguasa.
"Rekonstruksi sosial dan hegemoni alam pikiran ini adalah modus operandi bagaimana kelompok penguasa menaklukkan rakyatnya supaya dia diikuti, supaya mendapat persetujuan dari rakyatnya, dari pengendalian pikiran, mind control," kata Munarman dalam keterangan pers pada Republika, Selasa (6/4).
Munarman mengungkapkan, dengan bombardir informasi yang sudah didesain oleh para propagandis, membuat orang awam jadi sukarela mengikuti apa yang dimaui oleh si pemberi informasi. Munarman menyinggung tindakan mereka bisa dilihat dalam kerangka teori rekonstruksi dan teori hegemoni sosial.
"Bagaimana sebuah realitas sosial direkonstruksi dan didesign melalui berbagai rangkaian peristiwa pasca peristiwa yang berlanjut secara terus menerus, lalu dibuatkan narasinya seolah-olah itu nyata. Itu yang disebut rekonstruksi sosial di alam pikiran sekaligus upaya hegemonik terhadap orang-orang awam," ujar Munarman.
Munarman menyebut usaha menjinakkan alam pikiran rakyat dilakukan pihak-pihak yang berkuasa, supaya posisi dominannya tidak diganggu dan otoritasnya tidak dipertanyakan.
"Alam pikiran itu bisa didesain dari seberapa banyak informasi yang diproduksi supaya orang tidak menjadi kritis. Dalam bahasa politik disebut propaganda, dalam bahasa ekonomi disebut advertising," ucap Munarman.
Munarman pun merasa heran atas upaya penggiringan opini bahwa FPI terkait jaringan terorisme. Ia menegaskan, FPI merupakan organisasi yang sudah dibubarkan sendiri oleh Pemerintah.
"Padahal FPI sudah mereka bubarkan alias sudah almarhum," kata Munarman dalam keterangan pers pada Republika, Selasa (6/4).