3 Sikap Muslim Menyambut Bulan Suci Ramadhan
Bulan suci Ramadhan 2021 telah tiba dan ini tuntutan bagi umat Islam
SUARA MUHAMMADIYAH -- Oleh Teuku Hendri Saifullah
Bulan Ramadhan atau sering kita sebut bulan puasa adalah bulan yang di tunggu-tunggu oleh umat Islam diseluruh dunia. Kedatangan bulan Ramadhan akan membawa pengaruh kepada sikap umat Islam dalam menyambutnya.
Secara garis besar ada 3 sikap umat Islam dalam menyambut Ramadhan yaitu: “Gembira, Biasa-Biasa Saja, dan susah.”
Pertama: Gembira
Gembira dengan datangnya bulan ramadhan adalah karena mereka telah meyakini dan menyadari banyak keutamaan yang terdapat dalam bulan ramadhan.
Gembira karena Allah akan memberikan gelar Taqwa bagi mereka yang dengan sungguh-sungguh melaksanakan puasa. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 183.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”
Umat Islam yakin bahwa ayat ini adalah dasar (dalil) atas perintah berpuasa di bulan ramadhan sehingga sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakannya dengan penuh kebahagiaan.
Gembira karena telah dapat berjumpa dengan bulan yang dinanti-nantikan. Karena ini adalah karunia dari Allah dan seorang muslim harus bergembira. Kita tidak bisa menjamin bahwa usia kita akan mengantarkan kita pada bulan penuh keberkahan ini, kecuali atas izin Allah dengan memanjangkan umur kita. Marilah kita lihat saudara, famili, teman yang sebelumnya bertegur sapa dengan kita. Sebenarnya mereka semua ingin berjumpa dengan bulan ramadhan, tetapi Allah berkendak lain. Mereka lebih duluan menghadap Allah. Sehingga keinginan untuk berpuasa di bulan ramadhan tidak menjadi kenyataan.
“Gembira” yang landasi dengan rasa syukur kepada Allah atas umur yang masih diberikan. Sehingga tidak ada waktu yang kita sia-siakan jika kesempatan ini diberikan oleh Allah swt. Mereka lebih giat untuk bersedekah, membantu sesama, memberi makanan berbuka bagi mereka yang berpuasa serta amal kebaikan lainnya .
Sebagaimana firmanNya
(قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَ ٰلِكَ فَلۡیَفۡرَحُوا۟ هُوَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ
“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus : 58).
Kedua: Biasa-Biasa Saja
Kelompok seperti ini adalah mereka yang tidak memiliki pengaruh sama sekali dengan datangnya bulan suci ramadhan. Datang atau tidaknya bulan ramadhan tidak mempengaruhi semangat dan kualitas ibadahnya.
Seharusnya seorang muslim hendaknya khawatir akan dirinya jika tidak ada perasaan gembira akan datangnya Ramadhan. Mereka merasa biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Hal ini bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak.
Sikap yang tidak pernah mau belajar atau mengganggap tidak perlu belajar tentang keutamaan dan keistimewaan yang terdapat dalam bulan ramadhan akan menjadi penyebab mereka bermalas- malasan dalam melakukan ibadah di bulan itu.
Jikapun mereka melakukan ibadah itupun hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, seperti dalam mengerjakan shalat wajib, dikerjakan di akhir waktu tanpa mau shalat berjamaah di mesjid dan juga dalam keadaan bermalas-malasan. Seperti yang dijelaskan di dalam Alquran.
tentang shalatnya orang munafik dalam ayat berikut ini:
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’: 142).
Padahal kita ketahui jika shalat yang dikerjakan dengan baik dan benar maka akan berpengaruh terhadap prilaku atau perbuatan yang lainnnya. Perbuatan keji (fahsya’) dan kemungkaran (munkar) akan terhindari dengan shalat yang baik.
Allah Subhanahu berfirman:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan munkar.” (QS Al Ankabut: 45)
Semoga kita dihindari dari kelompok seperti ini yang mereka tidak merasa gembira dengan datangnya ramadhan sehingga ibadah yang selama ini dilakukan dengan bermalas-malasan akan terus dilakukan walaupun mereka sedang berada di bulan ramadhan.
Ketiga: Susah
Tidak ada yang perlu ditakutkan sebenarnya dengan datangnya bulan ramadhan. Tetapi inilah yang akan dirasakan oleh mereka yang dalam kesehariannya melakukan perbuatan dosa, seperti maksiat, judi atau menjadi juga sebagai penyedia sarana /usaha dibidang maksiat itu sendiri dan perbuatan menyimpang sebagainya.
Perasaan “Susah” yang lagir dari kekhawatiran bila mana nantinya usaha mereka akan terganggu dengan tibanya bulan ramadhan. Mukanya penyedia tempat prostitusi, judi dan tempat maksiat lainnya.
Susah karena akan mendapat peringatan dari masyarakat atau aparat keamanan Seperti Satpol PP/Wilayah Hisbah (WH). Padahal seharusnya perbuatan yang semestinya tetap tidak boleh dilakukan walaupun diluar bulan Ramadhan.
Kelompok seperti ini terkadang juga tidak mengerjakan ibadah puasa. Apalagi ibadah-ibadah wajib lainnya seperti shalat, zakat. Yang sangay mengherankan ini dilakukan oleh mereka yang mengaku beragama Islam. Nauzubillah.
Penulis berharap agar kita sebagai Umat Islam hendaknya termasuk kedalam kelompok yang pertama yaitu merek yang berbahagia menyambut bulan suci Ramadhan. Bulan yang ganjaran kebaikan akan dilipatgandakan oleh Allah.
Bulan yang di dalamnya terdapat keberkahan, ampunan dan pembebasan dari api neraka. Semua ini Allah peruntukkan bagi mereka yang menunaikan ibadah puasa dengan keikhlasan dan perusahaan Allah. Amin.