Mentadabburi Ilmu di Dalam Islam

Perkembangan ilmu umat Islam berawal sejak halakah berkembang pada zaman Rasulullah

Dompet Dhuafa
Siswa Madrasah Ibtidayah (MI) Darul Ihsan beraktivitas di sekolahnya di Kampung Bangir, Dampal Selatan, Tolitoli, Sulawesi Tengah.
Red: A.Syalaby Ichsan

*Dr. KH. Masyhuril Khamis, Ketua Umum PB Al Washliyah Indonesia


*H. J. Faisal, Mahasiswa Doktoral Sekolah Pascasarjana UIKA, Bogor

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, Islam bukanlah sekedar agama yang hanya sebagai panduan dalam  melakukan ritualitas spiritual saja. Islam adalah cara hidup. The way of life. Artinya Islam adalah juga sebuah agama yang berisi panduan untuk menjalankan kehidupan dari semua sisi dan sendinya, tanpa terkecuali. 

Islam bukanlah agama buatan manusia, bukan agama rekaan, bukan agama yang lahir dari ambisi kekuasaan, apalagi lahir dari sebuah konspirasi,  dan bukan pula agama yang lahir dari hasil semedi atau bertapanya seseorang. 

Islam adalah agama yang datangnya dari Tuhan yang maha dari segala maha, Allah Subhannahu wata’ala. Tuhan yang telah menciptakan manusia dan semua mahluk-Nya yang lain. Karena itulah Allah Subhannahu wata’alla sangat memahami apa kemauan dan kebutuhan ciptaan-Nya. 

Dalam upaya untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan batiniyah maupun kebutuhan lahiriyahnya, maka umat Islam harus melakukan berbagai upaya yang sesuai dengan tuntunan syariat. Tidak bisa hanya diam dan menunggu. Di sini dapat dilihat bahwa, Islam juga adalah sebuah ajaran yang mengajarkan umatnya untuk selalu bergerak secara dinamis. 

Tentu saja, kedinamisan di dalam ajaran Islam ini pastinya juga membutuhkan berbagai macam ilmu agar kedinamisan umatnya dalam bergerak tidak menyeleweng dari aturan syariat yang telah ditetapkan Allah Subhannahu wata’alla.

Perkembangan Ilmu Dalam Islam

Perkembangan ilmu umat Islam berawal sejak halakah berkembang pada zaman Rasulullah Salallahu alaihi wassalam, diikuti dengan suffah yang menghasilkan ahlus suffah, sehingga tradisi quttab, nizamiyah, dan madrasah terbentuk. 

Seluruh proses pendidikan tersebut pada zamannya, yaitu dimulai dari abad ke- 6 M sampai dengan abad ke- 19 M,  telah menghasilkan ilmuwan sekaligus ulama-ulama yang tersohor dalam berbagai bidang ilmu.  Sebut saja Ibnu Sina, al-Khawarizmi, al-Biruni, az-Zahrawi, dan yang lainnya. Dari sinilah lahirnya sebuah peradaban baru yang sangat mencengangkan seluruh dunia pada saat itu. Peradaban yang sangat mencerdaskan bagian bumi Barat dan Timur, dengan sumber ilmu yang sifatnya membuat terang benderang kehidupan dan mampu diamalkan dengan sangat baik.

Mengapa peradaban Islam dan keilmuan saintifik menjadi sangat masyhur pada waktu itu? Jawabannya adalah karena Islam tidak pernah membuat sekat antara ilmu sains dan ilmu agama (baca: dikotomi ilmu). Keduanya pasti akan selalu berjalan seiringan. Masyarakat Barat menjadi terpesona terhadap Islam pada waktu itu, karena kecerdasan para ilmuwan muslim yang sejalan dengan kemuliaan ahlak mereka dan ketauhidan mereka yang kuat terhadap Allah  Subhannahu wata’alla. Bahkan gaya hidup kaum muslimin ditiru oleh para masyarakat Barat. Mulai dari gaya berpakaian, sampai kepada budaya membaca, diskusi, dan pembahasan kitab-kitab ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh para kaum intelektual muslim. 

Jadi bila ada yang mengatakan bahwa Islam adalah ajaran atau yang agama berisikan kekerasan, sesungguhnya itu hanyalah fitnah semata yang selalu dilakukan oleh para pembenci Islam.  Sebab secara logika yang sehat, tidak akan mungkin para ilmuwan Barat dan ilmuan non Islam lainnya akan mencontoh dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal dari para ilmuwan muslim dan diadopsi ke dalam sistem kehidupan mereka, jika memang isi ajaran Islam adalah ajaran yang menganjurkan kekerasan. Apalagi pada awalnya mereka berhasil menghancurkan dinasti-dinasti Islam terlebih dahulu, dan kemudian mengambil ilmu-ilmu yang terdapat di dalam kitab-kitab ilmuan muslim. 

Pada dasarnya, Islam sangat menaruh perhatian yang sangat tinggi terhadap ilmu. Islam justru mengambil pendekatan yang lebih teliti dan terpadu tentang ilmu pengetahuan dan sains. Islam sangat mendukung pendekatan penelitian sains dengan penyelidikan, percobaan, mendapatkan data dan fakta, menghasilkan hipotesa, dan menciptakan sebuah teori. 

Tadabbur Ilmu Dalam Islam

Terbentangnya ayat-ayat kauniyah Allah Subhannahu wata’alla di hamparan muka bumi ini, merupakan sebuah dorongan bagi para ilmuan Islam, dan umat Islam yang mau berfikir, untuk mentadabburinya dan mengkajinya secara lebih detail, sehingga manfaat dari semua penelitiannya itu akan menjadi sangat berguna bagi kemaslahatan seluruh umat manusia. 

Pastinya, proses tadabbur ilmuan Islam akan sangat berbeda dengan ilmuwan Barat non Islam. Dalam mendapatkan sebuah ilmu, para ilmuan Barat akan berhenti pada proses akal dan panca indera mereka saja. Hasil penelitiannya harus bersifat empirik dan positif, berdasarkan fakta dan data, tetapi bagi ilmuwan muslim, tidak sampai di situ. 

Setelah semua prosesnya berdasarkan akal dan pancaindera, maka hasil akhirnya akan dikembalikan kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah, sehingga terjadi sebuah hubungan kebenaran mutlak antara ilmu pengetahuan atau sains dengan semua ketentuan yang telah Allah Subhannahu wata’alla tetapkan di dunia ini. Ilmuwan muslim yang baik akan tetap menghubungkan fakta dan data yang mereka dapatkan sebagai tanda-tanda kebesaran Allah Subhannahu wata’alla.  

Proses pentadabburan ilmu yang terintegrasi inilah yang harus kita lakukan terhadap generasi muslim saat ini. Generasi muslim saat ini harus mampu menguak sebuah konsep pemikiran Islam tentang bagaimana membangun sebuah generasi muslim yang berpengetahuan luas dan berahlakul kharimah. 

Dan pada dasarnya, kita boleh berbangga hati saat ini, karena saat ini, sudah cukup  banyak sekolah-sekolah Islam yang membuka sistem pendidikan Islami berdasarkan pemikiran Islam dan pendidikan ahlakul kharimah, meskipun banyak halangan dari para pembenci Islam, yang memang tidak ingin melihat Islam bangkit kembali. Bahkan celakanya, terkadang halangan-halangan tersebut justru datang dari pihak umat Islam sendiri, yang masih tergiur dengan kemewahan dunia tetapi tidak pernah mau belajar untuk menambahkan ilmu ke dalam dirinya.

Inilah yang menjadi tugas penting berbagai organisasi kemasyarakatan umat Islam yang ada di Indonesia, seperti Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Al Washliyah, dan lainnya. Pengembangan pembelajaran terhadap Islam yang integratif antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan agama haruslah menjadi ajaran pokok di dalam pendidikan Islam.

 Tetapi memang masih perlu adanya perbaikan-perbaikan di dalam pendidikan dan pengajaran Islam pada saat ini. Misalnya terhadap kurikulum pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan Islam saat ini sebenarnya memerlukan penyusunan kembali. Metodologi pengajaran dan pembelajarannya seharusnya tidak hanya berkisar kepada sebatas hafalan Al Qur’an dan ilmu fardhu ‘ain saja, tetapi yang terpenting adalah bagaimana agar peserta didik pendidikan Islam mampu memiliki peningkatan di dalam kualitas daya berpikir, daya memahami, menganalisa, dan mengamalkan ilmu yang didapatnya. 

Hal ini penting untuk dipikirkan dan direnungkan kembali oleh para konseptor kurikulum pendidikan Islam di Negara ini, agar Islam sebagai ajaran yang indah dan damai tidak hanya terpancar lewat khutbah dan perdebatan perbedaan antar mahzab saja, tetapi mempunyai aksi yang nyata yang dimulai dari pribadi umat Islam itu sendiri, keluarga, masyarakat, sampai kepada tingkat Negara. 

Dengan demikian, usaha umat Islam untuk membangun kembali peradaban Islam yang integratif antara ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdasarkan kepada nilai-nilai luhur syariat dan akhlakul karimah melalui dalam pendidikan Islam dapat segera tercapai. Aamiin ya Robbal’alamiin.  Wallahu’alam bissowab

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler