Liga Super Eropa, Kelompok Suporter Merasa Dikhianati Klub

Siapapun yang terkait pembentukan Liga Super Eropa tak menghargai tradisi sepak bola.

Antara
Para suporter Liverpool. Kritikan tajam datang dari kelompok suporter dari enam klub asal Inggris yang menjadi pendiri Liga Super Eropa, termasuk suporter Liverpool.
Rep: Reja Irfa Widodo Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Klub asal Inggris menjadi wakil terbanyak dalam 12 klub pendiri kompetisi Liga Super Eropa. Bahkan, separuh dari jumlah total klub pendiri Liga Super Eropa berasal dari Inggris.

Enam klub asal Inggris, yang semuanya merupakan anggota The Big Six itu, ikut ambil bagian dalam pembentukan kompetisi yang kerap dianggap sebagai tandingan Liga Champions tersebut. Klub-klub asal Inggris itu adalah Manchester United, Manchester City, Liverpool, Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspur.

Selain enam klub kontestan Liga Primer Inggris, tiga klub top asal Italia, Juventus, AC Milan, dan Inter Milan, serta tiga klub raksasa dari Spanyol, Atletico Madrid, Barcelona, dan Real Madrid terlibat dalam pembentukan kompetisi tersebut.

Kendati begitu, penolakan dan protes terhadap pembentukan Liga Super Eropa ini terus terjadi. Tidak hanya dari pihak otoritas, seperti UEFA ataupun penyelenggara liga dan federasi, penolakan juga datang dari kelompok suporter.

Kritikan tajam pun datang dari kelompok suporter dari enam klub asal Inggris, yang menjadi pendiri Liga Super Eropa. Kelompok-kelompok suporter tersebut merasa dikhianati oleh pihak klub terkait keputusan klub untuk mendirikan Liga Super Eropa.

''Langkah itu rasanya tidak bisa dimaafkan. Seluruh suporter sepak bola di seluruh dunia telah dikhianati oleh sikap yang ditunjukkan klub tersebut,'' ujar perwakilan Perserikatan Suporter Chelsea seperti dilansir BBC, Senin (19/4).

Salah satu kelompok suporter Liverpool, Spirit of Shankly (SOS), juga terkejut dengan langkah yang diambil Fenway Sports Group, selaku pemilik Liverpool, terkait pembentukan Liga Super Eropa. Fenway Sports Group, tulis SOS di akun media sosial miliknya, telah mengabaikan pendapat para suporter.

''Mereka mengabaikan pendapat fan demi mengejar keuntungan semata dan memenuhi hasratnya untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin. Sepak bola adalah milik kami, bukan milik mereka. Ini adalah klub milik kami, bukan milik mereka,'' tulis pernyataan SOS di akun media sosialnya.


Sementara dari London Utara, perserikatan kelompok suporter Arsenal menyebut, keputusan Arsenal mendukung pembentukan Liga Super Eropa menjadi penanda telah matinya the Gunners sebagai institusi olahraga, dan telah berganti menjadi insititusi bisnis. Sedangkan dari kelompok suporter Manchester City menyatakan, siapapun yang terlibat dalam pembentukan Liga Super Eropa tidak menghargai tradisi dan sejarah panjang sepak bola.

Kelompok suporter Manchester United menilai, proposal penawaran pembentukan Liga Super Eropa benar-benar tidak dapat diterima. ''Dari sejumlah aspek, Liga Super Eropa justru bertentangan dengan semangat sepak bola. Manchester United diharapkan bisa menentangnya,'' tulis pernyataan resmi kelompok suporter United.

Tidak hanya itu, kelompok suporter Tottenham Hotspur juga tidak mau ketinggalan. Perwakilan perserikatan suporter Spurs menyebut, Liga Super Eropa merupakan konsep kompetisi yang didorong oleh keinginan mencari profit dan kepentingan pribadi semata.

''Konsep itu juga melupakan nilai-nilai intrinsik yang terkandung dalam sepak bola, yang telah kita genggam hingga sejauh ini,'' lanjut pernyataan perwakilan kelompok suporter Spurs.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler