Studi: Kurang Tidur dalam Jangka Panjang Berisiko Demensia
Tidak tidur nyenyak secara teratur di usia paruh baya berisiko terkena demensia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak tidur nyenyak secara teratur setelah Anda mencapai usia paruh baya dapat meningkatkan risiko terkena demensia. Itu mengacu pada sebuah penelitian di Inggris yang mengikuti hampir 8 ribu orang selama 25 tahun.
Peneliti dari Universitas Paris menganalisis data dari studi longitudinal Whitehall II Inggris, yang mencatat kesehatan dan gaya hidup ribuan pegawai negeri Inggris dari tahun 1985. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal akademis Nature Communications menunjukkan bahwa responden berusia di atas 50 tahun yang secara konsisten tidur selama enam jam atau kurang dalam semalam.
Sekitar 30 persennya lebih mungkin mengembangkan demensia di usia tua. Ini terlepas dari apakah mereka memiliki faktor risiko lain seperti kondisi jantung, pola makan yang buruk, kesehatan mental yang buruk, atau kebiasaan merokok.
Meski studi ini tidak secara langsung membuktikan bahwa kurang tidur memicu demensia, namun menurut peneliti, studi ini menambah bukti bahwa kurang tidur secara terus-menerus bisa menjadi faktor penyebab gangguan otak.
“Satu teori untuk memperkuat argumentasi itu adalah bahwa racun dan protein yang menumpuk di otak dikeluarkan saat tidur, saat cairan bening yang disebut cairan serebrospinal bergerak melalui otak. Jadi ketika kurang tidur, maka akan terjadi penumpukan racun dalam otak,” kata peneliti seperti dilansir dari laman The New Daily, Rabu (21/4),
Penelitian tersebut juga memperkuat studi dalam European Heart Journal yang menyoroti pentingnya tidur. Studi tersebut menemukan bahwa gangguan tidur yang parah hampir dapat menggandakan risiko wanita meninggal karena penyakit jantung. Risiko pada pria meningkat sekitar seperempat jika mereka secara teratur kurang tidur.
Demensia sendiri telah mempengaruhi sekitar satu dari 14 orang berusia di atas 65, dan sekitar satu dari enam orang di atas 80.