Universitas Budi Luhur Bedah Buku PR Crisis

Peran media sangat kuat dalam membentuk opini publik di masa krisis komunikasi.

Istimewa
Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta menggelar bedah buku Public Relations (PR) Crisis, Sabtu (24/4).
Rep: Mohammad Akbar Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta menggelar bedah buku Public Relations (PR) Crisis. Acara yang digelar secara virtual, Sabtu (24/4), menghadirkan ketiga penulis buku yakni Dr Firsan Nova, Dian Agustine Nuriman, dan Mohammad Akbar. Lalu tampil sebagai pembedah buku adalah staf pengajar Program Studi Magister Ilmu Komunikasi (Mikom) UBL, Dr Afrina Sari.


Ketua Program Studi Mikom, Dr Umaimah Wahid, mengatakan kehadiran buku ini akan bisa memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu komunikasi. “Kami berharap buku ini bisa diterima secara baik di publik,” ujarnya membuka sambutan acara bedah buku.

Dian yang tampil sebagai pemberi materi pertama memaparkan pentingnya menjaga dan membangun reputasi serta citra positif bagi setiap perusahaan. “Caranya melalui pengelolaan dan pemantauan informasi serta komunikasi terstruktur dengan penyebarluasan informasi penting mengenai suatu brand atau perusahaan kepada publik,” ujar wanita yang sekarang ini sedang menempuh studi doktoral di Jakarta.

Sementara itu, Firsan menjelaskan buku ini merupakan edisi cetakan ketiga. Sejak kali pertama terbit pada 2009 dan 2011, buku ini sudah disitasi lebih 700 artikel ilmiah yang dipublikasikan secara nasional maupun jurnal ilmiah internasional.

“Tapi khusus buku kali ini, saya memperkaya dengan melibatkan dua kawan untuk memperkaya perspektif dan informasi pengetahuan dan pengalaman yang dituangkan ke dalam buku ini,” katanya.

Firsan juga menambahkan dalam krisis komunikasi itu sangat penting untuk memahami sentimen dan kekuatan publik. Dengan mengetahuinya, ia mengatakan maka akan bisa mereduksi kegagalan dalam menghadapi krisis.

“Sebaliknya tanpa pengetahuan yang cukup dalam memahami sentimen publik tersebut maka tak ada satupun yang bisa sukses,” ujarnya.

Akbar, satu-satunya jurnalis yang terlibat dalam penulisan buku ini, mengatakan sangat penting bagi setiap korporasi, komunitas maupun public figure yang menghadapi krisis komunikasi untuk memahami dan menghadapi media.

Mengutip pernyataan Malcolm X yang ada di dalam buku PR Crisis, Akbar menyampaikan betapa kuatnya peran media dalam membentuk opini publik di masa krisis komunikasi.

“Media bisa mendorong publik membenci orang yang tengah tertindas, di sisi lainnya media juga bisa mendorong publik mencintai pihak yang menindas. Inilah kekuatan media dalam membentuk opini publik tersebut,” ujar alumnus MIKOM UBL ini.

Dr Afrina yang menjadi pembedah melihat secara tampilan buku ini sangat menarik secara kemasan. Lalu secara konten, ia menilai buku ini tampil dengan pendekatan bahasa populer sehingga memudahkan banyak pihak untuk lekas memahaminya.

“Gaya penulisan buku ini ini sangat jelas dan komunikatif, dengan kalimat yang singkat. Ditambah juga dengan ditampilkan beberapa contoh kasus untuk menguatkan teori menjadikan buku ini menjadi menarik untuk dimiliki dan dibaca,” kata redaktur di Harian Republika ini.

Secara keseluruhan, kegiatan bedah buku ini diikuti oleh 100 peserta melalui aplikasi Google Meet. Sejumlah pertanyaan pun disampaikan peserta. Tiga pemberi pernyataan mendapatkan hadiah buku PR Crisis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler