Realisasi Anggaran Pemulihan Ekonomi Capai 22 Persen

Dari jumlah itu, anggaran program kesehatan yang sudah disalurkan Rp 21,15 triliun.

Antara/Sigid Kurniawan
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Realisasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) per akhir April 2021 mencapai Rp 155,6 triliun atau 22,3 persen dari pagunya, Rp 699,43 triliun.
Rep: Sapto Andika Candra Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) per akhir April 2021 mencapai Rp 155,6 triliun atau 22,3 persen dari pagunya, Rp 699,43 triliun. Pemerintah terus menggenjot realisasi lebih kencang agar pertumbuhan ekonomi bisa segera pulih dan mencatatkan kinerja positif sepanjang 2021 ini. 


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, realisasi anggaran PEN terdiri dari program kesehatan yang sudah tersalurkan sebesar Rp 21,15 triliun atau 12,1 persen dari pagu, Rp 175,52 triliun. Kemudian ada program perlindungan sosial yang anggarannya sudah tersalurkan Rp 49,07 triliun atau 32,7 persen dari pagu Rp 150,88 triliun.

Selanjutnya, program prioritas pemerintah yang sudah terealsiasi 15,3 persen atau Rp 18,98 triliun, dari total pagu Rp 125 triliun. Sementara untuk dukungan UMKM, sudah terselurkan Rp 40,23 triliun atau 20,8 persen dari pagu Rp 191,13 triliun. Insentif usaha sudah tersalurkan 46,2 persen, yakni Rp 26,2 triliun dari total pagu Rp 56,72 triliun. 

Terakhir, program bantuan perlindungan sosial sudah tersalurkan Rp 49,07 triliun atau 32,7 persen dari pagunya Rp 150,28 triliun. 

"Kemudian diharapkan program lain seperti BLT desa yang baru 12 persen diharapkan bisa ditingkatkan kembali," ujar Airlangga dalam keterangan pers di kantor presiden, Senin (3/5). 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyebutkan bahwa perekonomian nasional segera pulih, menuju pada posisi normal seperti sebelum pandemi Covid-19 melanda. Pemulihan ekonomi, ujar dia, sejalan dengan penurunan laju penularan Covid-19 dan berkurangnya angka kasus positif harian yang sudah terjadi dalam dua bulan terakhir. 

"Bulan Maret-April ini sudah kelihatan, ekonomi sudah hampir menuju pada posisi normal," ujar Jokowi, April lalu.

Perbaikan kinerja ekonomi nasional juga bisa dilihat dari sejumlah parameter. Pertama, perbaikan indeks manajer pembelian (PMI/Purchasing Manager Index) yang saat ini sudah berada di posisi 53,2. Angka ini justru lebih baik ketimbang PMI pada periode sebelum pandemi, yakni 51. 

"Sekarang justru sudah di atas kenormalan sebelum pandemi," ujar Jokowi.

Perbaikan ekonomi juga terlihat pada kenaikan konsumsi listrik baik di sektor industri, rumah tangga, hingga pemerintahan. Pemerintah mencatat, konsumsi listrik mengalami kenaikan 3,3 persen. Parameter lainnya, impor barang modal sudah naik 33,7 persen dibanding periode awal pandemi melanda. 

"Kemudian indeks keyakinan konsumen juga naik yang sebelumnya 84,9-85,8 ini sudah 93. Ini juga patut kita syukuri, artinya kita harus optimis," kata presiden. 

Selain itu, indeks penjualan ritel/riil (IPR) nasional sudah berada di level 182,3. Angka ini, ujar Jokowi, menunjukkan sudah ada kenaikan permintaan oleh masyarakat. Dengan begitu, aktivitas belanja meningkat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler