Abu Ubaidah: Seribu Syuhada akan Gantikan Al-Deif
Hamas umumkan syahidnya kepala staf Brigade al-Qassam Muhammad al-Deif.
REPUBLIKA.CO.ID,GAZA – Abu Ubaidah, juru bicara Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas mengumumkan syahidnya Kepala Staf Brigade al-Qassam, Muhammad al-Deif. Abu Ubaidah mengatakan dalam pidatonya, kesyahidan ini tak akan melemahkan perlawanan pejuang Palestina.
"Kami berduka atas kesyahidan Kepala Staf Brigade Qassam, Muhammad Deif, kepada orang-orang hebat kami," dalam rekaman video yang dilansir semalam.
Abu Ubaidah juga mengumumkan syahidnya sekelompok anggota mujahidin senior Dewan Militer Qassam. Di antara para syuhada tersebut adalah Marwan Issa, Wakil Kepala Staf Brigade Qassam; Panglima Persenjataan dan Pelayanan Tempur, Ghazi Abu Tama'a; Komandan Seksi Sumber Daya Manusia, Raed Thabet; dan Komandan Brigade Khan Yunis, Rafe' Salama.
Dia juga menunjukkan bahwa kematian komandan Brigade Utara, Ahmed Al-Ghandour, dan komandan Brigade Gubernur Pusat, Ayman Noufal, telah diumumkan selama pertempuran.
“Syahidnya para pemimpin besar kami - meskipun kami mengalami kerugian besar - tidak dan tidak akan melemahkan tekad batalion dan perlawanan kami," ujar Abu Ubaidah.
Dia menambahkan, setelah masing-masing dari mereka syahid dalam pertempuran ini, tekad mujahidin akan semakin kuat. “Alhamdulillah, dan pertempuran menjadi lebih sengit dan intens, dan Mujahidin bertempur dengan lebih gagah berani dan menimbulkan lebih banyak kerusakan pada wilayah musuh, dan motivasi mereka untuk berperang meningkat dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya yang disaksikan seluruh dunia, dan mereka masih menepati janji dan sumpahnya."
Abu Ubaidah menekankan bahwa “seorang pemimpin yang pergi akan digantikan oleh banyak pemimpin, dan seorang syahid digantikan oleh seribu syahid.” Ia juga menekankan bahwa sistem Brigade al-Qassam tidak mengalami kekosongan kepemimpinan selama satu jam pun sepanjang Pertempuran Topan al-Aqsha.
Juru bicara Brigade al-Qassam tidak menyebutkan secara pasti kapan Al-Deif dan enam pemimpinnya syahid. Dia menyatakan bahwa pengumuman ini datang "setelah menyelesaikan semua prosedur yang diperlukan dan menangani semua tindakan pencegahan keamanan yang diberlakukan oleh keadaan pertempuran dan lapangan, dan setelah melakukan verifikasi yang diperlukan dan mengambil semua tindakan yang relevan."
Hamas menyerukan kepada masyarakat Palestina dan putra-putra bangsa Arab dan Islam untuk melaksanakan shalat jenazah ghaib bagi arwah para pemimpin perlawanan yang syahid besok setelah salat Jumat di Palestina dan di seluruh masjid dan pusat-pusat Islam di seluruh dunia.
Menurut Aljazirah Arabia, Muhammad Diab Ibrahim Al-Masry - dikenal sebagai Muhammad Al-Deif - lahir pada tahun 1965 dari keluarga pengungsi Palestina yang terpaksa meninggalkan kota mereka Al-Qubayba di wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 1948. Ia belajar sains di Universitas Islam Gaza, dan selama studinya ia tenggelam dalam pemikiran Islam.
Dia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin dan merupakan salah satu aktivis paling terkemuka di Blok Islam. Dia kemudian bergabung dengan gerakan Hamas dan dianggap sebagai salah satu petugas lapangan yang paling terkemuka. Pasukan pendudukan Israel menangkap Muhammad al-Deif pada tahun 1989, dan dia menghabiskan 16 bulan di penjaranya. Pembebasannya dari penjara bertepatan dengan awal munculnya Brigade al-Qassam di kancah perlawanan Palestina.
Muhammad al-Deif juga seorang seniman teater. Ia mendirikan kelompok seni Islam pertama di Palestina yang disebut "Al-Aitoun", sebelum menjadi salah satu orang yang paling dicari untuk dilikuidasi oleh pendudukan Israel. Ia kemudian diangkat menjadi panglima sayap militer Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas. Konon dia dijuluki "Al-Deif" karena pernah menjadi tamu di Tepi Barat dan membantu membangun Brigade Qassam di sana.
Kepribadiannya dikelilingi oleh misteri, dan namanya selalu dikaitkan dengan kehati-hatian, kewaspadaan, dan kecerdasan. Dia hanya muncul sesekali, dan tidak muncul lagi sejak upaya pembunuhan yang gagal – di antara banyak upaya – pada akhir September 2002. Rekaman suaranya terakhir terdengar terkait Operasi Topan al-Aqsa pada 7 Oktober 2025.
Selama menjadi anggota Hamas, Muhammad al-Deif mengawasi beberapa operasi, termasuk penangkapan tentara Israel Nachshon Wachsman. Setelah pembunuhan syahid Yahya Ayyash pada 5 Januari 1996, ia merencanakan serangkaian operasi fedayeen sebagai balas dendam yang mengakibatkan kematian lebih dari lima puluh orang Israel.
Selama dipenjara, Al-Deif telah sepakat dengan Zakaria Al-Shorbaji dan Salah Shehadeh untuk membentuk gerakan terpisah dari Hamas dengan tujuan menangkap tentara pendudukan, dan lahirlah Brigade al-Qassam. Al-Deif memainkan peran penting dalam pengembangan senjata Hamas, yang menjadikannya salah satu tokoh utama dalam daftar orang yang dicari pendudukan.
Otoritas Palestina menangkapnya pada Mei 2000, namun ia berhasil melarikan diri pada awal Intifada al-Aqsa, yang dianggap sebagai tonggak kualitatif dalam perkembangan kinerja sayap militer Hamas. Fase ini juga mengungkap kemampuan Al-Deif dalam merencanakan dan melaksanakan, yang mengganggu tidur pendudukan dengan operasi kualitatif yang menyebabkan puluhan orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.
Setelah pembunuhan Salah Shehadeh dan suksesi Al-Deif, ia menyiapkan rencana yang mencakup pelatihan pejuang non-syahid, dan berencana untuk memindahkan pertempuran ke wilayah Israel. Pada 2015 Washington memasukkannya ke dalam daftar teroris.
Peran militer Al-Deif menjadikannya orang yang sangat dicari oleh Israel, yang badan intelijennya telah bekerja siang dan malam untuk melacaknya dan mencari peluang untuk menjebaknya.
Israel, yang menjulukinya sebagai "kepala ular" dan "anak maut", menuduhnya berada di balik sejumlah operasi militer besar terhadap sasaran-sasaran Israel. Israel telah berupaya membunuhnya dalam beberapa kesempatan, yang terakhir adalah pada musim panas 2014 selama agresi di Gaza. Israel kemudian melancarkan serangan rudal berturut-turut terhadap sebuah rumah di lingkungan Sheikh Radwan di Gaza pada 2023 yang mengakibatkan Muhammad al-Deif kehilangan istri dan bayi laki-lakinya.
Pada 13 Juli 2024, Israel menyerang daerah Al-Mawasi di Khan Younis dengan serangkaian pengeboman, yang diumumkan bertujuan untuk membunuh Al-Deif. Hamas sempat membantah bahwa serangan tersebut menargetkan Al-Deif, dan mengatakan bahwa tuduhan tersebut adalah untuk menutupi pembantaian mengerikan yang dilakukan oleh penjajah dalam serangan tersebut. Pembantaian yang dikecam berbagai negara itu menewaskan sebanyak 90 warga Palestina dan melukai 300 lainnya. Israel menggunakan empat bom, masing-masing seberat 900 kilogram, dalam pembantaian itu.