Gap Teknologi Sebabkan Ketidakadilan Pendidikan
Nadiem mengatakan gap teknologi dalam pendidikan semakin terlihat semasa pandemi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan gap teknologi di dalam dunia pendidikan semakin terlihat semasa pandemi Covid-19. "Gap teknologi yang semakin terlihat selama pandemi. Gap teknologi ini sangat berdampak besar pada ketidakadilan pendidikan," katanya dalam acara International Webinar By 7 SEAMEO Centres Indonesia di Jakarta, Senin (3/5).
Kesenjangan dalam literasi dan penguasaan teknologi, menurut dia, menjadi tantangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada masa pandemi. Pandemi, ia mengatakan, menuntut para guru untuk beradaptasi dengan teknologi dan berkreasi dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dari jarak jauh.
"Inilah yang menjadi tantangan terbesar, yaitu kemampuan dan kompetensi baru para guru, kemampuan dan keinginan mereka untuk mengadopsi teknologi," katanya.
Di samping itu, Nadiem mengatakan, pandemi menuntut penerapan kurikulum yang fleksibel dan fleksibilitas penggunaan dana pendidikan. "Pandemi juga menunjukkan bagaimana fleksibilitas anggaran untuk memberikan otonomi pada pendanaan di tingkat sekolah untuk mengambil langkah inovasi terkait kebutuhan sekolah," katanya.
Terlepas dari tantangan-tantangan itu, Nadiem mengatakan, pandemi telah mendorong para guru untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan teknologi. "Para guru dipaksa keluar dari zona nyaman mereka selama ini dan belajar platform baru, serta memahami kekuatan platform baru tersebut dalam memberikan pembelajaran," katanya.
Ia mengatakan bahwa pandemi juga meningkatkan partisipasi orang tua dalam pendidikan anak. "Selama ini kita tak pernah melihat orang tua membuka text book (buku teks) dan memahami kurikulum. Saya pikir ini adalah hal yang sangat positif di samping tingkat stres yang diakibatkan oleh pembelajaran jarak jauh ini," kata Nadiem.
Ia juga melihat bagaimana penggunaan teknologi memungkinkan guru, orang tua, dan siswa berkolaborasi. "Kolaborasi segitiga ini akan menciptakan kesempatan-kesempatan baru lain dalam meningkatkan partisipasi belajar," katanya.