The Indonesia Economic Club akan Bahas Dinamika Lebaran

Lebaran dinilai masih berikan keuntungan bagi masyarakat.

MGROL100
Ilustrasi Idul Fitri
Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Larangan mudik Idulfitri 2021 menjadi pukulan besar bagi sejumlah sektor, terutama Perusahaan Otobus (PO) dan travel. Pasalnya, tahun ini menjadi tahun kedua pelarangan mudik dampak dari pandemi covid-19. Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) menyampaikan, kebijakan pelarangan mudik lebaran 2021 dan pengetatan aturan syarat perjalanan dalam negeri berdampak pada pembatalan perjalanan melalui pengembalian tiket (refund) yang mencapai 70 persen. Hal tersebut menyebabkan kerugian mencapai Rp 25 miliar.


Presiden Direktur Sinar Jaya Group Teddy Rusli menjelaskan, secara total kerugian yang dialaminya akibat pelarangan mudik mencapai 90 persen, di antaranya termasuk pengembalian tiket. Meski demikian, ia mengaku telah menyiapkan strategi bisnis baru yang disesuaikan dengan protokol kesehatan ketat dan kenyamanan ekstra bagi calon penumpang.

"Tidak semua usaha merugi, pusat perbelanjaan kembali bergairah. Menjelang hari raya idulfitri, pusat perbelanaan dipadati oleh warga yang berburu baju lebaran. Tak bisa dipungkiri, momentem hari raya idulfitri membuat bisnis busana muslim meraup keuntungan hingga seratus persen," kata dia di Jakarta, Kamis (6/5). 

CEO Jawhara Syar’i Cynthia Mahendra mengungkapkan, bisnis busana muslim syar’i yang dikembangkannya meraup keuntungan hingga seratus persen. "Bahkan, saat ini Cynthia melalui bisnisnya mampu menambah 20 reseller, sehingga total reseller Jawhara Syar’i di Indonesia saat ini berjumlah 85 reseller," kata dia.

The Indonesia Economic Club “Siapa Untung Siapa Buntung di Lebaran” dapat diikuti malam ini pukul 21.00 WIB, di INews TV.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler