Uni Eropa Ikat Pfizer untuk Pasok 1,8 Miliar Dosis Vaksin
Kontrak baru dengan Pfizer-BioNTech memperoleh dukungan penuh dari 27 negara UE
REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Uni Eropa telah menyetujui perpanjangan kontrak besar terkait pasokan vaksin Covid-19 dengan Pfizer-BioNTech. Kedua perusahaan itu diharapkan menyuplai 1,8 miliar dosis vaksin hingga 2023.
Kontrak baru dengan Pfizer-BioNTech memperoleh dukungan penuh dari 27 negara anggota Uni Eropa. Komisi Eropa saat ini memiliki portofolio 2,6 miliar dosis vaksin dari enam perusahaan farmasi. Pfizer-BioNTech memiliki kontrak awal 600 juta dosis dengan perhimpunan Benua Biru.
“Tapi tentunya kami juga akan menjajaki kontrak lain, misalnya berbasis teknologi lain seperti teknologi berbasis protein. Poin kuncinya adalah untuk menjaga pilihan kami tetap terbuka,” kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Sabtu (8/5).
Menurut von der Leyen, kontrak 1,8 miliar dosis untuk 450 juta orang penduduk Uni Eropa akan memberikan banyak pilihan. "Itu termasuk kemungkinan bagi negara-negara anggota untuk menyumbangkan atau menjual kembali dosis dengan harga yang lebih rendah untuk membantu negara-negara di lingkungan terdekat atau sekitarnya,” ucapnya.
Dia pun menilai Pfizer dan BioNTech adalah mitra terpercaya yang memenuhi komitmennya. Dua pekan lalu, Uni Eropa diketahui melayangkan gugatan hukum terhadap AstraZeneca. Perusahaan tersebut dinilai gagal memenuhi komitmen kontraknya terkait pasokan vaksin.
Sementara itu, AstraZeneca menampik telah melanggar ketentuan kontrak dengan Uni Eropa. “AstraZeneca telah sepenuhnya mematuhi Perjanjian Pembelian di muka dengan Komisi Eropa dan akan sangat membela diri di pengadilan. Kami yakin litigasi apa pun tidak berdasar dan kami menyambut baik kesempatan ini untuk menyelesaikan sengketa ini secepat mungkin,” kata perusahaan tersebut.
Dalam kontrak yang dibuat dengan Komisi Eropa, AstraZeneca berkomitmen melakukan upaya terbaik dan logis untuk menyuplai 180 juta dosis vaksin ke Uni Eropa pada kuartal kedua tahun ini. Secara keseluruhan, periode antara Desember 2020 hingga Juni 2021, perusahaan tersebut mesti menyediakan 300 juta dosis vaksin.
Namun pada 12 Maret lalu, AstraZeneca mengatakan pihaknya hanya akan mengirimkan sepertiga dari jumlah yang mestinya dipenuhi pada kuartal kedua tahun ini. Sebanyak 70 juta dosis akan tersedia pada fase tersebut. Sepekan setelah merilis pernyataan itu, Komisi Eropa mengirim surat resmi kepada AstraZeneca sebagai langkah awal prosedur formal penyelesaian perselisihan.