Data Aplikasi Bocor, Ini 3 Langkah Amankan Informasi Pribadi

Faktor terpenting keamanan data pribadi di aplikasi adalah kecermatan

EPA-EFE/MATTIA SEDDA
Faktor terpenting keamanan data pribadi di aplikasi adalah kecermatan. Ilustrasi aplikasi
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pada April 2021, beredar kabar panas soal bocornya tiket pesan hotel yang dilakukan salah satu eks petinggi FPI, Munarman, di aplikasi Traveloka


Tangkapan layar sejumlah tiket pesan hotel yang biasanya dikirim lewat email pengguna, diunggah sebuah akun Twitter hingga memantik pro dan kontra warganet (netizen).  

Bocornya data pribadi membuat publik ketar-ketir, amankah pesan tiket pesawat dan hotel via aplikasi perjalanan wisata? Mengingat, data dan rekam jejak transaksi seolah dengan mudah dipublikasikan ke jagat maya tanpa izin pemilik akun.  

Melalui pernyataan Traveloka, Head of Corporate Communications Traveloka, Reza Amirul Juniarshah, menyampaikan klarifikasi dan hasil investigasi internal terkait dugaan kebocoran data pengguna. “Kami (juga) tak ada sangkut pautnya dengan beredarnya informasi bukti pemesanan terkait salah satu konsumen (Munarman),” kata Reza di Jakarta, belum lama ini.  

Traveloka berkomitmen melindungi data pribadi konsumen dengan menerapkan sistem keamanan ketat sekaligus berlapis. “Termasuk prosedur fisik, teknis, maupun organisasi untuk mencegah akses, pengumpulan, penggunaan, pengungkapan, penyalinan, modifikasi, pembuangan, atau risiko serupa lain yang dapat merugikan konsumen,’’ kata Reza menegaskan. 

Pengamat sekuriti dan finansial Vaksincom, Alfons Tanujaya, menyampaikan ulasan. Pada era digital, kata dia, transaksi lewat aplikasi tak terhindarkan karena membuat hidup jadi lebih efisien. Terkait keamanan akun aplikasi, ada tiga pihak yang patut disorot. Pertama, penyedia aplikasi. Mereka wajib mengamankan data. Data adalah amanat bukan berkat. Amanat harus dijaga sebaik-baiknya. 

Kedua, pemerintah. Mereka harus menerapkan satu standar dalam mengelola sekaligus mengamankan data. “Saat ini menurut saya belum ada badan khusus yang mengelola data pribadi untuk kemudian menjadi ‘wasit.’ Ia punya kewenangan untuk menerapkan sanksi jika terjadi pelanggaran. Tata kelolanya menggunakan ISO: 270001 agar lebih terstruktur dan jelas,” urai Alfons, kemarin.  

Ketiga pengguna. Mereka yang terpenting karena kerap jadi korban dengan kerugian terbesar. Nama akun dan kata sandi kerap bocor. Riwayat transaksi dan data penting lainnya lantas dipublikasikan pihak yang tak bertanggung jawab. Karenanya, Alfons mengingatkan inisiatif mengamankan data diri juga perlu tumbuh dari pihak konsumen. Itu bisa dimulai dengan mengindahkan dua hal sebelum mengunduh aplikasi layanan ke gadget. 

Pertama, pilih aplikasi yang punya layanan bagus dan menerapkan setidaknya two factors authentication (autentikasi dua faktor). Dia menyarankan, jangan merasa aman dengan user name dan password saja.   

"Autentikasi dua faktor adalah perlindungan standar yang memberi keamanan tambahan andai nama pengguna dan kata sandi bocor. Kedua, perhatikan rekam jejak aplikasi tersebut,” Alfons menyarankan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler