Peneliti: Israel Serang Palestina agar Dapat Dukungan AS 

Biden tetap bela Israel, tapi juga memperhatikan kepentingan Palestina dan dunia Isla

AP/Nasser Nasser
Seorang demonstran Palestina menggunakan katapel untuk mengembalikan tabung gas air mata ke arah tentara selama bentrokan dengan pasukan Israel di pintu masuk utara kota Ramallah, Tepi Barat, Selasa, 18 Mei 2021.
Rep: Haura Hafizhah Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Utama Bidang Politik Pada Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI) Hamdan Basyar mengatakan, Israel sengaja menyerang Palestina agar negaranya diperhatikan oleh Amerika Serikat (AS). Dia menggunakan, Palestina untuk menggalang kekuatan politik domestik untuk negaranya sendiri.


"Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merancang sesuatu untuk keuntungan negaranya sendiri. Mengapa dia menyerang Palestina? Karena Palestina terutama Hamas akan dijadikan Common Enemy bagi masyarakat Israel," katanya dalam diskusi yang diadakan secara daring bertajuk 'Israel-Palestina Memanas : Bagaimana Memahami Keberlanjutan Krisis dan Peran Indonesia?," Rabu (19/5). 

"Dia usik Palestina agar Palestina menyerangnya dan Israel merasa terancam. Dengan begitu, Israel akan dibela AS dan dapat dukungan untuk menyerang Gaza," imbuh dia. 

Dikatakan Hamdan, perubahan kepemimpinan AS membuat Netanyahu risau. Pada masa Presiden Joe Biden ada perubahan gaya kepemimpinan. Biden tetap membela Israel, tetapi dia juga akan memperhatikan kepentingan Palestina dan dunia islam. Sehingga, Netanyahu harus merancang sesuatu agar menarik perhatian Biden.

"Bila ada yang mengancam eksistensi Israel, maka Amerika Serikat akan membelanya terlepas siapapun Presidennya. Ini berawal masyarakat Palestina di Al Aqsha diserang dan Hamas meluncurkan roket ke Israel. Inilah yang diharapkan Israel," kata dia.

Dia menambahkan, ada ancaman nyata dari  Hamas membuat Israel memiliki peluang untuk mengadu kepada AS kalau negarang sedang dalam kondisi tidak aman. AS pun akan mendukung dan membela Israel.

"Di dewan keamanan PBB, Amerika Serikat tiga kali memveto deklarasi bersama untuk meredakan konflik antara Israel dan Palestina. Sebetulnya 14 dari 15 anggota dewan mendukung adopsi deklarasi bersama untuk mengurangi ketegangan antara Israel dan Palestina. Namun, AS merupakan sekutu dekat Israel yang menentang itu," kata dia.

Akibat ulah Netanyahu tersebut tentunya merusak harapan perdamaian Israel dan Palestina. Ambisi Netanyahu untuk mempertahankan kekuasaannya telah memakan banyak korban. 

"Apa yang disebut bela diri Israel dari ancaman Hamas itu sangat berlebihan. Negara Arab pun diam karena ia menjalin hubungan diplomatik dengan Israel," kata dia.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler