Anggota DPR Belajar dari Wimar Witoelar Arti Loyalitas

Anggota DPR belajar dari Wimar Witoelar arti loyalitas pada gagasan Gus Dur.

dok. Istimewa
Eks jubir Presiden Gus Dur, Wimar Witoelar.
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Martin Manurung, anggota Komisi VI DPR mengenang sosok Wimar Witoelar ketika menjadi tamu dalam acara yang dipandu almarhum pada program "Perspektif Baru". Waktu itu, Martin masih berstatus mahasiswa.


"Saya kaget dan terus terang sedikit grogi. Saya yang masih mahasiswa akan diwawancarai oleh WW yang waktu itu sudah menjadi ‘host’ yang terkenal,"kata dia dalam keterangan persnya, Rabu (19/5).

Ia pun mendatangi kantor WW di Fatmawati, Jakarta Selatan, untuk memenuhi undangan wawancara itu. Wawancara itu kemudian terbit di halaman 1 koran Media Indonesia dengan judul, “Kita Butuh Rezim yang Baru.” 

"Terus terang, inilah pertama kali saya muncul di halaman 1 surat kabar nasional, lengkap pula dengan foto,"kenangnya.

Martin mengungkap, saling memanggil dengan inisial nama. Ia memanggilnya “WW”, dan sebaliknya Wimar Witoelar memanggilnya “MM”. "Kebetulan inisial kami sama-sama berhuruf kembar, bahkan hurufnya tinggal dibalik saja atas-bawah,"kata dia.

 

 

Ia pun sempat menghadiri acara yang dihadiri WW dketika itu Gus Dur menjadi narasumber. Ada dua pertanyaan yang diajukannya pada hal tersebut.

"Luar biasanya Gus Dur, kata dia, kendati beliau dalam Forum Rembug Nasional (FRN) menjawab pertanyaan dengan nada “tinggi”, justru itu yang membuat Gus Dur mengenal saya. Beberapa kali kami bertemu dan berdiskusi, tentu bersama WW juga. Ketika menyapa saya, Gus Dur dengan nada jenakanya kadang menyebut saya sebagai “NU Cabang Kristen”,"kata dia.

Episode selanjutnya, WW menjadi juru bicara Presiden. Saat itu, WW meminta Martin untuk menjadi host “Perspektif Baru”.

"Saat menjadi host ini, saya bertemu dan mewawancarai puluhan tokoh. Ini adalah pengalaman yang luar biasa yang diberikan oleh WW kepada saya yang masih muda untuk bisa memiliki pandangan yang lebih matang,"kata dia.

Sayangnya, Gus Dur tak lama menjadi Presiden RI. Akan tetapi, satu hal yang diingatnya adalah posisi WW yang tetap membela Gus Dur, bahkan ketika ia tidak lagi menjadi juru bicara Presiden. 

"Di sinilah saya belajar dari WW tentang arti loyalitas pada gagasan Gus Dur,"kata dia.

"Banyak lagi cerita yang mungkin akan terlalu panjang bila saya tuliskan tentang WW. Saya hanya ingin mengatakan kepada WW: “Selamat jalan dan terima kasih telah menjadi bagian penting dalam hidup saya!,"katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler