Ilmuwan Dalami Kasus Corona Hewan di Malaysia
Ilmuwan ingatkan ancaman penularan virus corona hewan ke manusia.
REPUBLIKA.CO.ID, SERAWAK -- Para peneliti mendeteksi varian baru virus corona anjing yang ditemukan dalam sebuah sampel swab pasien manusia. Hasil itu diperoleh dari anak Malaysia yang didiagnosis mengidap pneumonia pada 2018.
Namun, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal penyakit menular klinis itu tidak dapat membuktikan apakah virus corona anjing yang menyebabkan pneumonia anak. Atau, apakah penyebabnya adalah mikroba lain.
Anak tersebut juga diketahui terinfeksi rhinovirus. Bahkan jika virus anjing memang menyebabkan penyakit pasien sakit tiga tahun lalu, tidak jelas apakah coronavirus ini dapat menyebar di antara manusia.
Secara genetik, virus mirip dengan jenis virus corona anjing lainnya. Penulis studi, Gregory Gray, mengatakan, belum jelas apakah virus dapat ditransmisikan secara efisien dari anjing ke manusia atau antara manusia.
Meski belum jelas, profesor kedokteran, kesehatan global, dan kesehatan lingkungan di Duke University itu mengingatkan ancaman penularan virus corona hewan ke manusia. Risiko bisa saja ada di tengah pandemi.
Asal-usul penularan SARS-COV-2 masih belum jelas. Namun, satu teori terkemuka memaparkan virus itu menular dari kelelawar hingga hewan perantara, lantas kepada orang-orang.
"Virus corona kemungkinan jauh lebih banyak menular ke manusia. Ini masih samar karena sebagian besar tes diagnostik rumah sakit hanya mengambil virus corona manusia yang dikenal," ujar Gray.
Dalam penemuan terkini, para peneliti awalnya mengembangkan tes diagnostik yang dapat mendeteksi berbagai jenis virus corona, bukan hanya SARS-COV-2. Untuk mengevaluasi pengujian, mereka menganalisis 301 sampel.
Seluruh sampel dikumpulkan pada 2017 dan 2018 dari pasien rawat inap dengan pneumonia di Sarawak, Malaysia. Dari 301 sampel, terdapat delapan sampel positif virus corona baru.
Temuannya sangat mengejutkan sehingga para peneliti awalnya berpikir mereka telah melakukan kesalahan. Pasalnya, virus corona hewan dianggap tidak dapat ditransmisikan ke manusia dan tak ada laporan sebelumnya.
Penulis studi lain, Anastasia Vlasova, menyampaikan, timnya kembali menguji delapan sampel itu menggunakan metode berbeda. Mereka berusaha menumbuhkan virus dalam sel anjing.
Salah satu sampel tumbuh dalam sel anjing, dan para peneliti dapat mengisolasi virus dan urutan genomnya. Mereka mengonfirmasi bahwa virus, yang mereka dijuluki CCOV-HUPN-2018, adalah virus corona hewan baru.
Virus juga mengandung segmen bahan genetik dari virus corona yang ditemukan pada kucing dan babi. Fenomena yang dikenal sebagai rekombinasi itu memang biasa terlihat pada virus corona anjing.
Menariknya, virus corona baru itu memiliki mutasi yang belum terlihat di setiap virus corona anjing yang ada sebelumnya. Akan tetapi, mutasi serupa telah terlihat di SARS-COV-2 dan SARS-COV-1.
Mutasi ini terjadi pada salah satu protein struktural virus yang dikenal sebagai protein N. Implikasi dari mutasi ini tidak jelas, tetapi mungkin membantu virus corona hewan beradaptasi dengan menginfeksi manusia.
Para peneliti berencana melakukan lebih banyak studi untuk melihat seberapa umum infeksi corona jenis itu pada manusia. Juga, apakah virus dapat ditemukan pada orang yang sehat dan sakit, dikutip dari laman Livescience, Ahad (23/5).