Perumpamaan Orang Qanaah dan Tamak
Dampak buruk dan akibat dari sikap tamak dapat dirasakan oleh setiap orang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama asal Turki, Said Nursi mengumpamakan orang yang merasa cukup (qanaah) dan orang yang tamak seperti dua orang yang masuk ke dalam jamuan besar yang disediakan oleh seseorang yang terpandang.
Dalam bukunya yang berjudul Risalah Ikhlas & Ukhuwah, Said Nursi mengatakan, salah seorang dari orang yang masuk ke dalam jamuan besar tersebut kemudian berharap, “Kalau tuan rumah memberiku tempat berteduh sehingga aku bisa selamat dari cuaca dingin di luar, hal itu sudah cukup. Kalau kemudian ia memberiku tempat duduk seadanya di tempat yang paling rendah sekalipun, hal itu merupakan bentuk kebaikan dan kemurahannya.”
Sementara, orang yang kedua bersikap seolah-olah memiliki hak yang harus dipenuhi pihak lain dan semua orang tampak terpaksa memberikan penghormatan kepadanya. Melihat hal itu, ia pun berbisik dalam hatinya dengan sombong.
“Tuan rumah harus memberiku posisi yang paling tinggi dan paling baik.”
Begitulah, ia masuk ke dalam rumah dengan membawa rasa tamak dan mengharapkan posisi yang tinggi. Namun, menurut Nursi, ternyata tuan rumah justru mengembalikan dan menurunkannya ke posisi yang paling rendah. Maka, ia merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut dan dadanya dipenuhi oleh kemarahan terhadap tuan rumah.
"Pada saat di mana ia semestinya berterima kasih, ia (orang tamak) malah melakukan yang sebaliknya. Ia mengkritik tuan rumah sehingga si tuan rumah kesal kepadanya," kata Nursi.
Sebaliknya, kata Nursi, orang pertama masuk ke rumah dan menunjukkan sikap tawadhu dengan berusaha duduk di tempat yang paling rendah. Tuan rumah pun senang dengan sikap qanaah yang ia tunjukkan.
Ia menaikkan orang pertama tersebut ke posisi yang paling tinggi. Orang itu pun semakin menunjukkan rasa syukur dan ridha setiap kali naik ke tingkatan yang lebih tinggi.
Nursi menambahkan, dunia ini adalah negeri jamuan Tuhan (ar-Rahman). Permukaan bumi adalah hidangan rahmat-Nya.
Berbagai macam rezeki dan nikmat di dalamnya laksana tempat duduk yang posisinya beragam. Dampak buruk dan akibat dari sikap tamak dapat dirasakan oleh setiap orang, bahkan meskipun sikap tamak tersebut terkait dengan hal yang paling kecil dan sepele.