Perdana Merasakan Berada di Kapal Feri

Jalan-jalan naik kapal Feri ternyata mengasyikkan

Kapal Feri
Rep: Fergi Nadira Red: Retizen

Pertama mengetahui kapal, ya tentu dari film Titanic. Kapal megah, mewah, dan luas hanya bisa dilihat di film. Namun berada di atas kapal pernah menjadi nyata ketika menyebrang berbarengan dengan tim Pemerintah Ibu Kota DKI Jakarta menuju Pulau Tidung menggunakan kapal kecil.


Tentu masih jauh dari bayang-bayang kapal Titanic. Kali ini, pada akhir pekan lalu, saya bersama 10 orang teman berkesempatan lagi menaiki kapal.

Kapal yang saya naiki adalah kapal feri sedang dan besar yang memuat mobil, truk, hingga bus berpenumpang. Jauh dari mirip dengan kapal Titanic, namun saya merasakan kebesaran sebuah kapal yang baru kali pertama saya tumpangi.

Ruang tunggu

Tujuan kami sudah tentu untuk menyebrang pulau. Pulau Jawa dengan Sumatra dipisahkan oleh lautan yang jika disebrangi menggunakan kapal, memerlukan waktu tiga hingga satu setengah jam tergantung kecepatan kapal melaju.

Saya menaiki dua kapal berbeda dalam dua waktu. Tujuan saya dan teman-teman saya adalah Jambi. Saat berangkat menggunakan kapal dengan tarif reguler.

Parkiran kapal feri reguler

Pukul dua pagi, rombongan dengan dua mobil minibus sampai di Pelabuhan Merak, Banten. Kapal Feri reguler membutuhkan antrean yang cukup panjang untuk masuk memarkirkan kendaraan di dalam kapal.

Tarif kapal Feri reguler berkisar Rp419 ribu dengan lima hingga enam penumpang di dalam kendaraan minibus. Harga tiket dihitung bukan berdasarkan jumlah orang di dalam mobil, namun juga dihitung berdasarkan golongan mobilnya. Jika truk ataupun bus tentu harganya lebih tinggi.

Tiket kapal Feri diperoleh secara online. Ketika mendekati kapal, pengendara berpenumpang hanya menunjukkan e-ticketing ke petugas sampai dapat dipersilakan masuk kapal.

Kapal Feri reguler yang saya naiki pada saat keberangkatan, memuat penumpang reguler yang membawa kendaraan dan bergabung bersama truk-truk besar. Antrean panjang pun tak terelakan, saling berebut antar mobil satu dengan mobil lainnya juga kerap terjadi. Parkir di dalam kapal serasa kurang begitu rapi tertata.

Parkiran kapal feri Express

Kira-kira butuh sekitar dua jam dari mulai antre memasuki kapal hingga parkir di lantai dasar kapal. Saat mobil terparkir, penumpang bisa naik ke lantai dua kapal sebagai ruang tunggu hingga sampai di tempat tujuan atau di Pelabuhan Bakauheni, Lampung.

Waktu tunggu di atas kapal Feri reguler lumayan membawa saya ke alam mimpi bertamasya bersama Park Seo-jun. hehe alias tidur yang lumayan lama! Goncangan air masih terasa hingga membuat sedikit mual.

Fasilitas di ruang tunggu kapal reguler mulai dari ruangan khusus penumpang ber-AC, televisi, ruang karaoke yang dilengkapi keyboard, toilet, mushola, dan ruang tidur untuk pengemudi. Ada pula ruangan kantin yang menjajakan makanan ringan dan minuman.

Kapal juga menyediakan ruang terbuka atau dek dua tingkat yang meski tidak terlalu luas. Namun, saat itu saya berangkat pukul tiga pagi dini hari, jadi tidak sempat melihat lautan luas.

Kantin luar ruang tunggu tak ber AC kapal Express

Total waktu menyebrang dengan kapal Feri reguler sekitar lima jam! Sungguh melelahkan. Meski, masih takjub berada di atas kapal besar yang memuat mobil yang saya tumpangi beserta bus-bus, pickup, dan truk besar.

Lain lagi ketika kepulangan, dua hari setelah naik Reguler feri, saya memilih Feri Express untuk menyebrang dari Sumatera ke Jawa. Rutenya tentu Pelabuhan Bakauheni - Merak.

Express dan Reguler sungguh sangat berbeda.

Harga tentu berbeda, dengan selisih sekitar Rp150 ribuan. Sensasi berada di kapalnya pun jelas berbeda. Ukuran kapalnya juga berbeda.

Naik kapal Feri Express tidak perlu mengantre hingga dua jam, sekitar 10 menit mengantre masuk kapal saja sudah bisa masuk ke dalam kapal feri besar.

Pak Kartono

Parkiran mobil di dalam kapal pun sangat berbeda dengan kapal feri reguler. Sudah seperti di mal parkiran di dalam kapal express! Rapih! Parkiran mobil pribadi dipisah dengan parkiran bus, truk, dan pickup.

Kapal Feri Expres mendekati kemiripan dengan Titanic, hahaha. Nggak juga deng.

Yang hampir sama, yakni dengan adanya dek yang luas untuk menikmati pemandangan laut megah dari atas kapal. Penumpang bisa berlari, berkeliling, dan kami pun foto-foto dari atas dek luas tersebut.

Fasilitas kapal Feri Express sama seperti reguler, bedanya, Feri Express terasa lebih elit. Namun yang lebih membedakan adalah waktu tempuhnya! Express hanya membutuhkan waktu satu jam tiga puluh menit!

Sepertinya belum sempat tertidur memimpikan berharap mengelilingi dunia bersama Kim Seon-ho, kapal sudah sampai. Hanya mengobrol berkelakar dengan penumpang lain menanyakan asal dan tujuan, kapal sudah berlabuh.

Express memang di hati!

Terlepas dari reguler dan express, saya menikmati keduanya sebagai pengalaman perdana menaiki kapal yang bisa memuat mobil pribadi, truk besar, hingga bus berpenumpang banyak.

Terima kasih Pelabuhan!

sumber : https://retizen.id/posts/11617/perdana-merasakan-berada-di-kapal-feri
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler