Peneliti Temukan Bukti Virus Corona Muncul di AS pada 2019

Ilmuwan menemukan antibodi terhadap virus corona dalam darah 9 dari 24 ribu orang

Pixabay
Ilustrasi virus corona.
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti telah menemukan lebih banyak bukti bahwa virus corona beredar pada tingkat rendah di seluruh Amerika Serikat pada awal Desember 2019. Garis waktu ini adalah beberapa minggu sebelum kasus pertama yang dilaporkan secara resmi.

Baca Juga


Sampel darah beku menunjukkan orang-orang di lima negara bagian yakni Illinois, Wisconsin, Pennsylvania, Mississippi, dan Massachusetts, terinfeksi virus corona beberapa hari atau minggu sebelum kasus yang dilaporkan secara resmi di negara bagian tersebut.

Relawan yang mengambil bagian dalam studi All of Us dari National Institutes of Health AS mengumpulkan informasi kesehatan pada 1 juta orang, menyumbangkan darah sebagai bagian dari penelitian.  

Tes terhadap 24 ribu sampel yang diambil pada awal 2020 menunjukkan antibodi terhadap virus corona dalam darah setidaknya sembilan orang, menurut laporan peneliti All of Us dalam jurnal Clinical Infectious Diseases, dilansir di CNN, Rabu (16/6).

"Ini termasuk individu dengan spesimen yang dikumpulkan 7 Januari dari Illinois, 8 Januari dari Massachusetts, 3 Februari dari Wisconsin, 15 Februari dari Pennsylvania, dan 6 Maret di Mississippi," tulis mereka.

Kasus Covid-19 pertama yang diakui sebelumnya di Illinois dilaporkan pada 24 Januari pada seorang wanita yang baru saja kembali dari Wuhan, China. Kasus pertama yang dikonfirmasi di Massachusetts tidak sampai 1 Februari.

Di Wisconsin, kasus pertama yang dikonfirmasi terjadi pada 5 Februari, di Pennsylvania kasus pertama yang dilaporkan adalah 6 Maret dan di Mississippi pada 11 Maret.

Karena dibutuhkan sekitar dua minggu untuk mengembangkan antibodi setelah infeksi, temuan menunjukkan beberapa sukarelawan terinfeksi pada bulan Desember, kata para peneliti.

"Studi ini berkontribusi pada bukti sirkulasi tingkat rendah SARS-CoV-2 di banyak negara bagian pada awal epidemi AS," tulis para peneliti.

Para peneliti menyebutkan, di antara 12 kasus pertama infeksi SARS-CoV-2 yang diketahui di Amerika Serikat, tanggal timbulnya gejala paling awal yang diketahui adalah 14 Januari 2020. Sebanyak 12 kasus tersebut baru-baru ini bepergian ke daratan China atau merupakan kontak dekat dari pelancong baru-baru ini. Pengujian domestik untuk SARS-CoV-2 dimulai pada pertengahan Januari 2020.

Pada saat itu pemerintah federal hanya merekomendasikan pengujian orang dengan gejala yang memiliki riwayat perjalanan, atau kontak langsung dengan pelancong.  

"Saya pikir apa yang ditunjukkan oleh penelitian ini adalah masih banyak bagian yang harus kita ungkap dan kumpulkan dari hari-hari epidemi ini di Amerika Serikat," ujar Dr. Keri Althoff, ahli epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg.

 

Sebuah penelitian yang diterbitkan November lalu menemukan bukti antibodi dalam darah orang di AS pada 13 Desember. Penelitian lain juga menunjukkan virus itu ada di AS pada Desember.

Salah satu relawan yang darahnya dites positif yang juga mengisi survei kesehatan melaporkan demam, batuk, dan sakit tenggorokan. Dia mengatakan bahwa yakin mungkin memiliki Covid-19 pada sekitar waktu pengambilan sampel darah. 

Tinjauan data catatan kesehatan elektronik selama jangka waktu yang relevan mengungkapkan dua peserta seropositif memiliki penyakit yang kompatibel dengan COVID-19 ringan (misalnya, kelelahan dan gejala pernapasan ringan), tetapi pengujian tambahan terbatas dan tidak ada diagnosis yang dikonfirmasi. 

"Tujuh peserta seropositif lainnya  tidak memiliki bukti pemanfaatan perawatan kesehatan dalam data catatan kesehatan elektronik mereka," tambah para peneliti.

Temuan itu tidak berarti virus corona menyebar luas di Amerika Serikat pada Desember 2019 atau Januari 2020, kata para peneliti.

"Penting untuk diingat bahwa jika Anda berpikir mungkin Anda mengidap Covid di masa-masa awal itu, yang menurut saya tidak ada orang di luar sana yang tidak memeras otak mereka tentang apa yang mungkin mereka alami pada awal pandemi, prevalensinya sangat, sangat rendah," kata Althoff.

"Jadi, jika Anda memang memiliki semacam infeksi pernapasan, kemungkinan itu adalah SARS-CoV-2 sebenarnya cukup rendah dalam jangka waktu ini." tambahnya.

Para peneliti berhati-hati untuk memastikan mereka tidak mendapatkan hasil positif palsu pada tes antibodi, dan menguji setiap sampel dua kali.  Meskipun demikian, kata mereka, ada kemungkinan tes tersebut mendeteksi kekebalan yang sudah ada sebelumnya terhadap virus corona yang secara acak membuat antibodi terhadap virus corona 2019.  

 

Empat virus corona lainnya secara teratur menginfeksi orang, menyebabkan gejala flu biasa. Tes yang digunakan pada sampel darah mendeteksi respon imun terhadap infeksi dan tidak mencari bukti langsung adanya infeksi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler