Kenaikan Dividen BUMN Dinilai Masuk Akal

Kementerian BUMN menargetkan dividen BUMN pada tahun depan sama dengan 2019.

Pembagian dividen (ilustrasi)
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto menyebut target Menteri BUMN Erick Thohir dalam meningkatkan dividen tahun ini merupakan hal yang tepat. 


Toto menjelaskan, kinerja BUMN pada 2020 memang terdampak hebat akibat covid-19 yang mana nilai penjualan dan profit mengalami penurunan drastis sehingga setoran dividen juga turun tajam.

"Tahun ini dengan mulai dijalankannya vaksinasi secara masif diharapkan bisa segera mempercepat mobilisasi manusia dan barang sehingga aktivitas ekonomi juga bisa mulai terdongkrak," ujar Toto kepada Republika.co.id di Jakarta, Rabu (16/6).

Kata Toto, lembaga pemeringkat Moodys sudah memaparkan perkiraan ekonomi dunia sudah mulai akan bergerak kembali pada semester II 2021. Artinya, lanjut Toto, ekonomi kawasan, termasuk Indonesia juga semestinya bisa mulai bergeliat lebih kencang.

"Harapan Kementerian BUMN dengan target setoran dividen 2021 yang lebih besar dibandingkan 2020 cukup masuk akal dalam konteks ini," ucap Toto.

Toto mengatakan BUMN harus dapat menangkap peluang pascacovid-19. Oleh karenanya, kata Toto, upaya restrukturisasi terhadap BUMN bermasalah harus dikebut pelaksanaannya. Toto menilai strategi restrukturisasi, termasuk penyesuaian model bisnis, upaya memperkuat bisnis inti, strategi pendanaan yang tidak mengandalkan lagi instrumen utang; serta perbaikan kualitas talenta BUMN.

"Perbaikan di area tersebut perlu dipercepat sehingga BUMN bisa tancap gas saat situasi ekonomi sudah bisa bergerak lebih cepat," ungkap Toto.

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir berupaya meningkatkan kembali jumlah setoran dividen BUMN kepada negara. Erick tak menampik jumlah dividen mengalami penurunan drastis akibat pandemi.

"Hari ini, data dividen kita tentu masih kecil, kalau kita lihat kemarin di 2020 yang seharusnya kita ditarget Rp 40 triliun karena covid akhirnya hanya deliver Rp 26 triliun," ujar Erick dalam webinar bertajuk "Kebijakan Pemerintah, Peluang, Tantangan, dan Kepemimpinan di Masa dan Pascapandemi Covid-19" di Jakarta, Selasa (15/6).

Kendati begitu, Erick optimistis setoran dividen tahun ini akan mengalami peningkatan berkat sejumlah transformasi dan inovasi yang dilakukan BUMN dalam mengantisipasi dampak pandemi. 

"(Dividen) tahun ini insyaAllah ada peningkatan, ada di angka Rp 35 triliun dan kami berusaha dengan keras kembali pada 2022 dividen sudah sama dengan kondisi 2019," ucap Erick.

Erick mengatakan penurunan dividen tak lepas dari tekanan pandemi yang menghantam kinerja hampir 90 persen BUMN. Erick bersyukur BUMN tetap mampu memberikan dividen di tengah kondisi sulit. Sumbangan ini diberikan oleh BUMN-BUMN yang memang selama ini menjadi andalan dalam memberikan dividen seperti BUMN di sektor perbankan, telekomunikasi, energi, dan pertambangan. Erick menyebut BUMN di sektor perbankan, energi, dan pertambangan juga tak lepas dari dampak pandemi.

"Kita sekarang hanya mempunyai istilahnya grouping yaitu (BUMN) kesehatan, telekomunikasi, perkebunan, dan pangan yang bisa kita anggap masih tumbuh, sementara yang lainnya (terdampak) sangat dalam akibat covid karena tidak ada kepastian," lanjut Erick. 

Erick menilai kondisi ketidakpastian  mengakibatkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat, baik di dalam negeri maupun dunia internasional. "Makanya kami juga mengambil langkah-langkah drastis yang tadinya kita pikirkan dengan peta jalan itu bisa berjalan lima tahun sampai 10 tahun, tetapi ini merupakan waktu yang tepat untuk kita melakukan pekerjaan yang extra ordinary dari segi efisiensi, digitalisasi, dan lain-lain," kata Erick menambahkan. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler