Doa 3 Ulama yang Dikabulkan: Ada Imam Ahmad dan Bukhari 

Allah SWT mengabulkan doa tiga ulama terkemuka

Republika/Wihdan
Allah SWT mengabulkan doa tiga ulama terkemuka. Ilustrasi doa
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, — Banyak kisah tentang orang-orang saleh yang doanya mustajab. Merekalah orang-orang yang dekat dengan Allah SWT.

Baca Juga


Mereka senantiasa mengingat Allah sehingga memperoleh rahmatNya. Berikut tiga di antara banyak ulama yang doanya dikabulkan Allah sebagaimana dikutip dari Alukah.net: 

Abdullah bin Almubarak

Ia adalah seorang ahli hadits, ahli fiqih yang terkenal dengan kealiman dan kezuhudannya. Banyak kisah yang menceritakan karomah Abdullah bin Mubarok. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala, suatu waktu Abdullah bin Mubarak ke suatu tempat bernama Ras Sakkat Isa. 

Hasan bin Isa melaluinya ketika Al Mubarak berada dalam majelis. Di tempat itu ada seorang pemuda berwajah tampan. 

Ibnu Mubarak pun bertanya tentang pemuda itu. Hasan bin Isa menjawab bahwa pemuda itu adalah seorang nasrani. Ibnu Mubarak pun berdoa, “Ya Allah berkahilah ia dengan Islam.”

Maka terkabulkah doa Abdulah bin Mubarak itu. Imam Adz Dzahabi berkata bahwa Hasan bin Isa bin Masarjis Al Nisaburi adalah seorang imam, muhaddits yang tsiqah dan besar. 

Ahmad bin Hanbal

Imam Ahmad bin Hanbal mengungkapkan tentang dua doanya yang terkabulkan. Pertama, ia berdoa kepada Allah agar tidak mempertemukannya dengan khalifah Al Makmun. Dan kedua, ia berdoa agar tidak terlihat oleh khalifah Mutawakkil.  

Doanya terkabul. Imam Ibnu Hanbal tidak lagi pernah melihat Al Makmun setelah khalifah Abbasiyah itu meninggal karena sakit. Sedangkan berkaitan dengan Khalifah Mutawakkil, suatu waktu Imam Ahmad bin Hanbal datang ke rumah khalifah di Samarra untuk berbincang dengan putranya. 

Ketika itu khalifah Mutawakkil tengah duduk di hadapannya. Ia dan ibunya memandangi Ahmad bin Hambal. Tetapi mereka tidak mengenali Ahmad bin Hanbal. 

Ali bin Abi Fazara juga menceritakan tentang doa Imam ibnu Hanbal yang mustajab. Kala itu ia memiliki seorang ibu yang sudah 20 tahun menderita lumpuh. Sang ibu kemudian memerintahkan Ali bin Abi Fazara untuk menemui Imam Ibnu Hanbal agar mendoakan ibunya yang lumpuh. 

Ali bin Abi Fazara pun bergegas menemui Imam Ibnu Hanbal. Ia pun mengutarakan maksud kedatangannya kepada Imam Ibnu Hanbal sebagaimana disampaikan ibunya. 

Imam Ibnu Hanbal pun meninggalkannya. Tak lama datang seorang tua memberitahukan bahwa kepergian Imam Ibnu Hanbal adalah untuk berdoa kepada Allah bagi apa yang dimaksud Ali bin Fazara. Setelah itu ia pun bergegas pulang. Setibanya di rumah, ia mendapati ibunya bisa berjalan. 

Imam Bukhari  

Suatu waktu Gubernur Bukhara yakni Khalid bin Ahmed Al Dhuhli mengirimkan sepucuk surat kepada Muhammad bin Ismail atau lebih dikenal dengan Imam Bukhari. Ia meminta Imam Bukhari mengajarinya dengan datang ke Istana dan membawa kitab-kitabnya termasuk Shahih Bukhari dan sejarah.

Namun permintaan itu ditolak Imam Bukhari. Kepada utusan sang Gubernur itu, Imam Bukhari mengatakan bahwa dirinya tak mau mempermalukan ilmu dan tak mau membawanya ke Istana Gubernur.  

"Jika Anda membutuhkan, maka hadirlah ke masjidku, atau ke rumahku. Jika Anda tak menyukainya, Anda adalah seorang penguasa, maka cegahlah saya dari majelis, agar saya mendapat keringanan di sisi Allah pada hari kiamat karena saya tak menyembunyikan ilmu," begitu kata Imam Bukhari kepada utusan Gubernur. 

Peristiwa itu sekaligus membuat kerenggangan Imam Bukhari dengan Gubernur Bukhara. Kemudian, utusan Gubernur Bukhara, Harits bin Abi Warqa dan lainnya berupaya mengasingkan Imam Bukhari.

Imam Bukhari pun berdoa. Tak sampai sebulan, utusan Gubernur itu menjadi seorang budak yang dijual di atas keledai, sementara Harits menderita dengan keluarganya dan utusan yang lain  diuji dengan anak keturunannya. 

Sumber: alukah

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler