Pengamat Zionis Sebut Yahya Sinwar Bawa Bencana Terbesar, IDF: Pasukan Hamas Sangat Cerdas

Hamas akan terus menyerang Israel sampai menggapai kemenangan.

AP Photo/John Minchillo
Militan Hamas berbaris di jalan-jalan.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Meski sudah wafat, nama Yahya Sinwar (1962-2024) tetap saja dibicarakan para pengamat dan militer Israel. Dia dianggap sebagai figur sentral yang mampu menjadikan Hamas mampu menghadirkan serangan terbesar yang membetot perhatian dunia.

"Yahya Sinwar adalah orang yang membawa bencana terbesar ke Israel sejak negara itu didirikan," kata Yoav Limor, seorang penulis untuk surat kabar Israel, Israel Hayom pada Sabtu (3/5/2025).

Limor menjelaskan bahwa Sinwar mengajarkan Israel dua pelajaran yang sangat penting. "Pertama adalah untuk tidak menghakimi musuh berdasarkan kata-katanya, tetapi berdasarkan kemampuannya, dan jangan pernah meremehkannya," kata penulis tersebut.

Kedua, para pejuang di Gaza, yang memakai sandal, ternyata adalah pejuang yang terlatih, berbahaya, dan, yang terpenting, cerdas.

Pernyataan Limor muncul setelah Mayor Jenderal cadangan Israel Ziv, beberapa hari lalu, mengonfirmasi bahwa Hamas "beroperasi lebih cerdas daripada Israel."

 

 

Ziv, yang sebelumnya menjabat sebagai kepala Divisi Operasi IDF, menambahkan bahwa Hamas tengah melancarkan perang gerilya, sementara "Israel masih terjebak dalam manuver, dan ini justru merugikannya."

 

Anggota Knesset Gadi Eisenkot mengatakan, segala kecanggihan Israel beserta kehebatan tentaranya, ternyata kini sudah berubah. "Prinsip dasar doktrin keamanan nasional Israel runtuh pada 7 Oktober, dalam kegagalan terbesar sejak berdirinya Israel."

7 Oktober menjadi catatan hari paling buruk buat sejaran Israel. Serangan Hamas pada waktu itu tidak dapat dibendung. Tentara Israel yang berjaga-jaga menjadi gagal memukul pasukan Hamas.

Kegagalan itu mengakibatkan guncangan hebat di kalangan elite Israel. Netanyahu langsung buru-buru melempar kesalahan kepada Kepala Staf Militer Herzi Halevi dan Kepala Shin Bet Ronen Bar. Keduanya kini telah menanggalkan jabatan tersebut.

Sementara Netanyahu kini terus memaksa pasukannya yang sudah lelah untuk terus berperang. Padahal keluarga tentara menghadapi tantangan hidup yang sulit. Bahkan keharmonisan rumah tangga mereka dipertaruhkan.

Meski demikian, Netanyahu tak memedulikan hal itu. Sebab yang ada di benaknya adalah Hamas hancur dan tak lagi mengendalikan Gaza.

Tentara Israel temui banyak kesulitan

 

Pada akhir April, tentara Israel menghadapi situasi yang sangat menyulitkan mereka. Di saat memasuki jalur Gaza menggunakan kendaraan lapis baja, tiba-tiba pasukan perlawanan al Qassam muncul dari dalam tanah. Mereka dibombardir hingga hancur lebur. Kemudian dihujani peluru hingga mengakibatkan seorang perwira militer mati dan lainnya terluka. 

 

 

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh koresponden urusan militernya, Avi Ashkenazi, menjelaskan bahwa Hamas "telah mengembangkan taktik mematikan dan saat ini tengah berupaya mempertahankan sisa kekuatan militernya."

Ashkenazi juga menekankan bahwa Hamas "mengubah kelemahan militernya menjadi keunggulan taktis, melepaskan tembakan dari jarak jauh, memasang alat peledak, dan segera mundur," sehingga "menghancurkan keseimbangan tentara Israel."

 

 

Menurutnya, Hamas menyadari bahwa tentara Israel beroperasi dengan intensitas parsial, dan terkadang bahkan pada intensitas yang lebih rendah. Karena itu memilih untuk menunggu konfrontasi utama, yaitu pertempuran besar.

 

Pasukan Hamas memilih waktu yang tepat di saat pasukan Israel tidak terpikir untuk diserang. Ketika itu terjadi, Israel langsung terkejut dan kocar kacir menghadapi serangan Hamas. 

 

Ketika kesempatan datang, para pejuang perlawanan mengejar pasukan tersebut, menyerang mereka dengan tembakan anti-tank, dan bahkan mendokumentasikan luka-luka mereka. "Di sini mereka betul-betul menggunakan strategi jitu menghabisi tentara Israel," kata Avi.

 

 

"Tentara menyadari bahwa pertempuran itu rumit dan rapuh."
Baca Juga


Ketika Hamas melancarkan perang jalanan, "mematuhi rencana dan prosedur sambil menjaga nyawa prajurit telah menjadi upaya yang rumit, karena tidak ada jaminan bahwa ini akan berlanjut untuk waktu yang lama," menurut Maariv.

 

Sementara operasi di dalam Jalur Gaza bertujuan untuk memberikan tekanan pada Hamas, ini merupakan jalan yang rapuh, sesuatu yang sangat disadari oleh lembaga keamanan, menurut surat kabar tersebut. Menurutnya, "militer" memahami bahwa pertempuran di darat "rumit dan rapuh jika berlangsung terlalu lama."

Surat kabar itu juga mencatat bahwa "eselon militer dan politik menyadari bahwa sejumlah besar korban di kalangan tentara Israel dapat menyebabkan dua operasi berbahaya."

Kedua proses ini diwakili oleh, pertama, "peningkatan tekanan publik mengenai kelayakan misi tersebut," dan, kedua, "mendorong tentara Israel untuk mempercepat laju pertempuran dan melancarkan serangan besar-besaran bahkan sebelum tekanan untuk memulangkan para tahanan telah habis," menurut surat kabar tersebut.

Sakit jiwa

Sebelumnya, Divisi Rehabilitasi Kementerian Keamanan Israel merawat 16.500 tentara dan perwira sejak dimulainya perang, demikian dilaporkan saluran Israel KAN 11 beberapa waktu lalu.

Menurut laporan yang dikutip Al Mayadeen, sebanyak 7.300 dari mereka yang menerima perawatan juga menderita masalah kesehatan mental dan psikologis.

Jacob Nagel, mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel, memperingatkan bahwa militer Israel sedang menuju krisis tenaga kerja yang serius di tengah ancaman yang semakin besar dari Iran. Krisis ini sudah terlihat bahkan sebelum serangan Oktober dan menjadi lebih mendesak sejak saat itu. Dia menyoroti bahwa masalah tersebut mencakup kekurangan warga wajib militer dan layanan cadangan.

Pada Januari lalu, media Israel melaporkan tentang kebutuhan mendesak bagi militer Israel untuk beristirahat dari operasi tempur, dengan alasan kelelahan yang dialami para tentara penjajah tersebut.

Analis menekankan pentingnya istirahat dan pelatihan bagi pasukan pendudukan Israel sehingga mereka butuh penghentian pertempuran.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler