Kericuhan di Posko Penyekatan Suramadu Disesalkan
Provokasi kembali terjadi di Suramadu agar tak perlu tes antigen.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya menyesalkan masih ada kericuhan yang dilakukan sejumlah warga di posko penyekatan Jembatan Suramadu sisi Surabaya, Selasa (22/6) pagi. Wakil Sekretaris Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Irvan Widyanto, membenarkan ada keributan di posko penyekatan Suramadu yang terjadi sekitar pukul 04.30 WIB hingga 05.30 WIB.
"Telah terjadi upaya provokasi yang dilakukan masyarakat dari arah Pulau Madura menuju Surabaya, dengan tujuan agar bebas melintas memasuki Surabaya tanpa perlu diuji cepat antigen," kata dia.
Sebelumnya sebuah video viral kericuhan di posko penyekatan pintu keluar Jembatan Suramadu arah ke Surabaya beredar luas di media sosial. Video ini diketahui pertama kali diunggah oleh akun instagram resmi Dinas Kesehatan Surabaya,@sehatsurabayaku,Selasa pagi.
Ia menjelaskan, peristiwa ini diawali ada titik kumpul penumpukan rombongan kendaraan roda dua di sisi timur depan gate Jembatan Suramadu pada pukul 04.30 WIB hingga 05.30 WIB. "Kemudian rombongan pengendara R2 melakukan pengerusakan pagar pembatas gate Jembatan Suramadu hingga jebol, berjalan putar balik dengan route (sisi barat bawah Jembatan Suramadu menuju jalur lambat depan BPWS belakang)," katanya.
Hal itu lantas membuat rombongan kendaraan yang melintas menerobos pemeriksaan tes cepat antigen. Irvan menyebut, setidaknya ada sekitar 100 orang pengendara yang melintas depan belakang jalur lambat (depan tenda uji usap PCR) melakukan provokasi dengan tindakan yang tidak terpuji.
"Sambil melintas mereka mengeraskan suara motor dan beberapa pengendara turun dari motor dan menendang kursi-kursi tenda di PCR. Sempat terjadi saling dorong kecil dengan petugas pengamanan," katanya.
Untuk menindaklanjuti kejadian tersebut, Irvan mengatakan, salah satu anggota Brimob kemudian menembakkan gas air mata untuk menghalau massa pengendara agar segera membubarkan diri. "Dalam upaya mengurai massa pengendara, petugas pengamanan mempercepat laju kendaraan rombongan kurang lebih 100 orang itu dan tidak dilakukan uji usap antigen terhadap seluruh pengendara," ujarnya.